Angin malam menerpa hingga menusuk geraham. Debu-debu menebar layaknya partikel dosa yang menyumpal tiang-tiang kebenaran. Laju estafet kehidupan menggiring manusia ke arah peradaban kelam. Lecah bertabur sampah.
Bukankah kita jamak menyaksian panorama diambang batas antara hewan dan manusia. Pergaulan bebas, kejahatan moral, buah dari propaganda. Licik selicik patrial-rasialis ala Elijah Muhammad. Ketika pengusung kebenaran dianggap sesat, dan liberal adalah penolong umat.
Perlawanan ini bermula dari resapan rohani yang tak kunjung mampu lunasi duka. Tengoklah aneka bencana menerpa. Dimana-mana Banyak raga binasa karenanya.
Terserah bagi mereka yang beranggapan bahwa kita fanatik-radikalis. Pilihan ini lebih baik ketimbang agamais tapi apatis. Perjuangan ini perjuangan politis non-anarkis. Kita tumpas segala kebekuan pikir
Zaman ini adalah zaman dekadensi kepemimpinan. Hampir tak ada yang layak jadi teladan.
Cukup kiranya kita menjadi bagian fatamorgana. Teriakkan syair-syair peperangan hingga anak bangsa miliki tekad baja,Bukan selalu mencari aman dan pembenaran demi nikmat sementara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H