Mohon tunggu...
Arif Alfi Syahri
Arif Alfi Syahri Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

"Hanya Mahasiswa biasa yang mencoba untuk berkarya." •Jurusan : PAI, STAI-PIQ Sumatera Barat •Instagram : @muhammadarifalfisyahri •Email : arifalfisyahri94@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Etnis yang Memudar dari Tanah Myanmar

26 September 2021   17:26 Diperbarui: 26 September 2021   20:39 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. Prolog

Sudah lima dekade lebih Pemerintah Myanmar melakukan intervensi terhadap etnis minoritas. Beragam upaya dilakukan seperti pengusiran, pemboikotan bahkan pembantaian. 

Meski etnis minoritas di Myammar melakukan perlawanan namun upaya itu tidak membuahkan hasil yang maksimal. Mereka masih hidup dalam ketakutan dan keterasingan.

2. Minoritas yang Tertindas

Sedikitnya ada tiga etnis minoritas yang ditekan oleh rezim dan militer Myanmar, yaitu suku Karen di perbatasan Myanmar dan Thailand, suku Rohingya di perbatasan Bangladesh dan suku Naga di perbatasan India. 

Ketiga etnis tersebut memeluk kepercayaan yang berbeda. Suku Karen menganut ajaran Kristen, suku Rohingya menganut ajaran Islam dan suku Naga menganut ajaran Hindu. 

Karena bertentangan dengan mayoritas penduduk Myanmar yang menganut ajaran Buddhaisme ketiga etnis tersebut tidak mendapatkan kebebebasan, kedamaian dan kenyamanan.

3. Getir yang Tiada Akhir

Dari tiga etnis tersebut, hanya suku Karen dan Rohingya yang terus berjuang menolak kemusnahan mereka. Sementara suku Naga lebih memilih untuk meninggalkan rumah yang terasa seperti penjara itu dan hijrah ke India.

Suku Karen sempat mendapat angin segar ketika Myanmar dikuasai oleh Inggris. Dibawah Colinial Central Authority mereka mendapatkan perlindungan. Mereka juga memperoleh hak untuk mendapatkan pendidikan. Bahkan orang-orang Karen mengalami kemajuan di berbagai bidang seperti olahraga, musik, politik, menjadi pejabat maupun menteri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun