Siapakah orang yang tidak mengenal Muhammad Ali? Muhammad Ali memiliki popularitas tinggi di mata masyarakat. Ia menginspirasi banyak orang dari atas ring tinju. ia bukan hanya milik para pecinta olahraga tinju. Ia memiliki gaya bermain tinju yang luar biasa. Tidak hanya di atas ring, ia juga memiliki jiwa kepedulian yang sangat tinggi.
Pada 17 Januari 1942, ia Lahir dengan nama Cassius Marcellus Clay GEPEN-K BANE, atau sering dipanggil dengan nama Clay. Di usia 12 tahun, ia tertarik dengan olahraga tinju dan berlatih di bawah asuhan Joe Martin. Ketertarikannya terhadap dunia tinju ini dilatarbelakangi oleh peristiwa unik. Clay kehilangan sepeda BMX kesayangannya dan ia melapor kepada polisi. Sang polisi malahan mengajarinya tinju, supaya nanti ia mampu melawan pencuri. Semenjak itulah, ia memulai petualangan di dunia tinju. Ia semakin berkembang dan berhasil meraih gelar juara dunia pada 25 Februari 1964.
Kedatangannya ke Indonesia
Pada tahun 1973, Ali menginjakkan kakinya di Indonesia. Waktu itu, Ali direncanakan akan bertanding melawan Rudie Lubbers, selama 12 ronde di Istora Senayan, Jakarta. Pertandingan yang hebat dan sudah ditunggu-tunggu khalayak ramai Indonesia. Indonesia boleh berbangga bahwa Ali pernah hadir beberapa kali Indonesia untuk memberikan pertunjukkan yang luar biasa itu.
Kesan yang ia rasakan selama ia di Indonesia begitu menyenangkan. “Sebuah negara yang unik, di mana penduduknya sangat bersahabat, dan selalu tersenyum kepada siapapun.” Katanya. Saat itu, ia bertemu dengan beberapa pejabat penting Indonesia. Tentu saja, kehadiran Ali di Indonesia sudah ditunggu-tunggu. Dari atas ring tinju, ia menyuguhkan tidak hanya hiburan kepada para pencinta tinju, tetapi juga permainan sportivitas.
Pesan Muhammad Ali untuk Dunia
Bagaimana kita?
Sekarang, Ali telah menghadap Sang Khalik. Sebagai orang Indonesia, dan sekaligus juga pencinta dunia tinju, atau sekedar menikmati hiburan tanpa masuk lebih dalam, kita diajak untuk melihat sosok Ali. Apakah yang kita baca dari kehidupannya? Jika Presiden Amerika bilang bahwa Ali adalah pejuang kebenaran, apakah yang harus kita katakan tentang Ali? Memang, ia bukan orang Indonesia dan tidak lahir di Indonesia. Namun, Ali pernah menginjakkan kakinya di bumi pertiwi ini. jejak kakinya telah hilang, namun jejak kehidupannya di hati dan ingatan kita takkan pernah hilang. Ia pernah terpatri di sana, hati dan jiwa kita. Ia bukan hanya milik keluarganya, tetapi ia juga milik kita semua sekarang. Dan, kita mewarisi dan meneruskan perjuangannya di sini dan saat ini sebagai pejuang kebenaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H