Mohon tunggu...
Arif Albert
Arif Albert Mohon Tunggu... mahasiswa -

membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Memelihara Sungai, Memelihara Hidup Kita

18 September 2016   22:41 Diperbarui: 18 September 2016   22:57 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman ketika saya berjalan menyusuri pinggiran sungai, ada satu hal yang menohok ulu hati saya. Betapa tidak! Seorang ibu dengan santainya membuang sampah di sungai. Tanpa merasa bersalah, ia tumpahkan sisa-sisa makanan, dan plastik yang tidak terpakai. Miris. Di lain hari, saya juga temukan seorang anak yang membuang sampah dari kaca jendela mobil ke sungai. Lagi-lagi tanpa merasa bersalah. Tidakkah mereka ingat bahwa sampah itu akan membuat aliran sungai menjadi terhambat?

Aturan membuang sampah sudah kita kenal sejak kita masih duduk di bangku sekolah dasar. Dengan sabar dan penuh kasih sayang, kita dibina untuk tidak sembarangan membuang sampah. Di lain hari, kita diminta guru untuk memungut sampah dari selokan agar bersih, rapi dan elok dipandang mata. Budaya kebersihan dan kerapian telah disemai. Kerja keras guru ini sebenarnya demi perkembangan hidup kita di masa depan yang lebih baik.

Nyatanya, tindakan ini sudah menguap. Kita mudah saja melupakan dan mengabaikan, bahkan dengan sengaja. “Toh tidak apa-apa, saya membuang sampah cuman sedikit koq. Nanti juga hilang sendiri dibawa air.” Begitulah kita membela diri. dan anehnya, kita seringkali membela diri untuk sebuah tindakan yang kita anggap benar, padahal tindakan itu salah sama sekali. Lalu apa gunanya guru dibayar untuk mengajar kita memelihara kebersihan dan kerapian.

Budaya kita adalah budaya melupakan, mengabaikan dan acuh tak acuh. Kenapa demikian. Ini semua lahir dari ketidakpekaan akan rasa memiliki. Toh, ini bukan sungaiku. Itu kan milik pemerintah. Biarkan pemerintah sendiri yang melakukannya. Sekadar untuk mengingatkan bahwa pemerintah singapura memiliki peraturan yang ketat dan efek jera yang ditimbulkan sangat berat. Barangsiapa membuang sampah sembarangan akan didenda. Bahkan, membuang ludah sembarangan pun akan kena denda. Dengan aturan ini, hasilnya sungguh luar biasa..

 Negara singapura bersih, cantik, dan rapi. Ini lantaran pemerintah memiliki tanggungjawab untuk memelihara negaranya dan semua itu didukung oleh rakyatnya. Sekarang bagaimana dengan negara kita sendiri, Indonesia? kita memiliki luas wilayah yang besar bukan main. Lantas kita kotori milik kita sendiri dengan sampah. Bukankah ini aneh? Kita memiliki sungai yang akan memberikan kepada kita kehidupan. kenapa kita cemari sendiri? Ingat kebersihan adalah sebagian dari iman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun