Mohon tunggu...
arifah wulansari
arifah wulansari Mohon Tunggu... Administrasi - lifestyle blogger

Menulis untuk belajar. Kunjungi blog saya di www.arifahwulansari.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Meski Harga Elpiji 12 Kg Naik, Life Must Go On

13 September 2014   21:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:47 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal bulan Januari 2014 yang lalu tiba-tiba timeline facebook saya jadi penuh dengan status curhat dari beberapa teman yang merasa jengkel karena harga gas Elpiji 12 Kg tiba-tiba naik cukup drastis. Kala itu harga gas Elpiji 12 Kg naik hingga 68% dari harga dasar pertamina yang tadinya hanya sebesar Rp.70.200/ tabung naik jadi seharga Rp. 117.708/tabung. Namun pada kenyataannya di pasaran ada juga penjual yang menjual gas Elpiji 12 Kg hingga mencapai harga Rp.140.000 / tabung.

Membaca ramainya komentar di facebook tentang kenaikan harga gas Elpiji 12 Kg tersebut tidak lantas membuat saya tertarik untuk ikut-ikutan berkomentar. Walaupun sebenarnya dalam hati saya sempat kaget juga dengan kabar itu tapi secara pribadi saya punya prinsip bahwa “Life Must Go On meskipun harga gas Elpiji 12 Kg naik”.

14105900201910559936
14105900201910559936

Tak hanya ramai di facebook, ternyata obrolan soal gas Elpiji 12 Kg yang mengalami kenaikan ini juga jadi topik pembicaraan hangat di kantor saya. Teman-teman kantor saya mulai pada ribut menghitung-hitung kira-kira pos anggaran belanja rumah tangga yang mana yang mau dipangkas demi menyesuaikan diri dengan kenaikan harga gas Elpiji 12 Kg ini. Berbagai ide mulai bermunculan, “Duh..langganan TV Kabel di rumah stop aja deh” ujar teman saya Dewi. “Gue ke kantor mending naik motor aja nggak usah naik mobil, biar bisa lebih menghemat uang buat beli BBM. Sisa dananya bisa dialihkan untuk tambahan dana belanja gas Elpiji ”kata teman saya yang lain. “Wah..frekuensi facial en creambath di salon bakalan berkurang nih, karena dananya dialihkan buat tambahan belanja gas Elpiji yang naik” celetuk Rini teman kantor saya yang punya hobi perawatan kecantikan di salon. Dan masih banyak lagi rencana pemangkasan anggaran belanja lainnya yang tercetus dari teman-teman kerja di kantor saya. Rata-rata anggaran yang akan dipangkas adalah anggaran belanja yang dianggap tidak prioritas dan sifatnya merupakan kebutuhan tersier.

1410591682384866862
1410591682384866862

Lalu bagaimana dengan saya sendiri? jujur saja walaupun sempat kaget tapi saya merasa tidak ada anggaran belanja rumah tangga saya yang perlu dipangkas. Bukannya saya sok kaya, tapi kenyataannya alokasi dana yang saya keluarkan untuk membeli gas Elpiji 12 Kg termasuk masih irit. Kenapa bisa irit? Karena gas Elpiji di rumah saya hanya digunakan untuk masak sarapan pagi dan masak saat hari libur saja. Untuk keperluan makan siang dan malam kami biasa membeli makan di luar. Saya juga sangat jarang menggunakan kompor untuk merebus air yang membutuhkan waktu lama, karena untuk keperluan air minum keluarga saya biasa menggunakan air minum kemasan. Jika butuh air panas sudah ada dispenser. Kalau butuh mandi air hangat juga sudah ada water heater. Karena itulah penggunaan gas Elpiji 12 Kg di rumah saya bisa saya gunakan hingga 2 bulan lebih. Jika harga gas Elpiji 12 Kg naik jadi Rp.140.000/ tabungnya itu artinya per bulan saya hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp. 70.000 saja. Irit kan? Jadi tidak ada alasan bagi saya untuk ikut-ikutan panik karena harga gas Elpiji 12 Kg naik.

Namun ternyata ada juga teman yang menentang pendapat saya yang terkesan cuek dan dianggap egois tersebut. “Ya itu mungkin berlaku cuma buat kamu aja ri..emang kamu nggak mikirin efek domino dari kenaikan harga gas Elpiji 12 Kg ini? Barang kebutuhan pokok lainnya juga bakalan ikut naik lho! Kalau semua harga ikut naik tentunya rakyat kecil juga yang bakal jadi korban..kasihan kan..” kata seorang teman menasehati saya.  Mendengar selentingan dari teman itu membuat saya sempat berpikir, apa iya kenaikan harga gas Elpiji 12 Kg ini akan merugikan rakyat kecil?

Belum sempat terjawab pertanyaan saya tersebut, tiba-tiba seminggu sesudah kabar heboh pada bulan Januari 2014 tentang kenaikan harga gas Elpiji 12 Kg ini bergulir, pemerintah membatalkan kebijakan ini. Presiden SBY memerintahkan agar keputusan tentang kenaikan harga gas Elpiji 12 Kg sebesar 68% ini di batalkan dan dilakukan pengkajian ulang. Hasil pengkajian ulang ini memutuskan bahwa kenaikan harga Elpiji nonsubsidi 12 kg yang semula ditetapkan sebesar Rp Rp 3.500 per kg direvisi menjadi Rp 1.000 kg, atau Rp 12.000 per tabung. Dengan kenaikan sebesar itu, harga di tingkat konsumen mengalami kenaikan dari sebesar Rp 78.100 menjadi Rp 91.600 atau naik hanya sebesar 17,3%. Kabar ini tentu saja menjadi kabar gembira bagi kita semua, khususnya teman-teman saya. Rencana pemangkasan alokasi belanja yang tadinya sudah disusun rapi jadi batal dilaksanakan. Mereka semua senang, karena dengan dibatalkannya kenaikan harga gas Elpiji 12 Kg sebesar 68%  itu artinya masih bisa terus langganan TV Kabel, masih bisa pergi kemana-mana naik mobil, masih bisa menikmati me time di salon sesuka hati, dan masih banyak yang lainnya. Semuanya gembira termasuk saya.
Kenapa Harga Elpiji 12 Kg Harus Naik?

Namun kesenangan ini ternyata tidak akan bertahan lama karena sesungguhnya rencana pembatalan kenaikan harga gas Elpiji 12 Kg ini tidak berlaku untuk selamanya. Dibatalkan disini maksudnya hanya ditunda. Pada pasca pembatalan keputusan kenaikan harga gas Elpiji 12 Kg pada bulan Januari 2014 yang lalu, pertamina telah melakukan konsultasi pada pemerintah tentang hasil Audit BPK tahun 2013 dan rekomendasi tindak lanjut temuan BPK pada waktu itu. Dalam dokumen audit BPK tahun 2013 tersebut terdapat temuan hasil pemeriksaan bahwa Pertamina telah menanggung kerugian atas bisnis Elpiji 12 Kg dan 50 Kg selama tahun 2011 s.d Oktober 2012 sebesar Rp. 7,73 Triliun.BPK kemudian memberikan rekomendasi sebagai berikut :


  1. Menaikkan harga LPG tabung 12 Kg sesuai biaya perolehan untuk mengurangi kerugian Pertamina dengan mempertimbangkan harga patokan LPG, kemampuan daya beli konsumen dalam negeri, dan kesinambungan penyediaan dan pendistribusian.
  2. Melaporkan kenaikan harga LPG tabung 12 kg tersebut kepada Menteri ESDM.

Sebagai tindak lanjut atas hasil konsultasi pertamina dengan pemerintah pasca kenaikan harga Elpiji 12 Kg pada bulan Januari 2014, pertamina telah menyampaikan roadmap kenaikan harga Elpiji 12 Kg secara berkala kepada pemerintah dengan rencana sebagai berikut :

1410590935574128135
1410590935574128135

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun