Mohon tunggu...
arifah wulansari
arifah wulansari Mohon Tunggu... Administrasi - lifestyle blogger

Menulis untuk belajar. Kunjungi blog saya di www.arifahwulansari.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Belajar Naik Sepeda dengan Wimcycle

25 Maret 2016   10:07 Diperbarui: 25 Maret 2016   11:57 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi anak-anak bisa naik sepeda roda dua itu banyak sekali manfaatnya. Berbagai manfaat tersebut antara lain melatih motorik kasar, melatih keseimbangan tubuh, menambah kepandaian spatial serta memberikan rasa percaya diri pada anak. Karena banyak manfaat positifnya maka sebagai ibu saya berusaha memotivasi anak saya sejak usia dini supaya ia mau belajar naik sepeda roda dua. 

Saat anak saya Tayo berumur 4 tahun, saya mulai membelikannya sepeda roda dua yang memiliki roda pembantu di bagian belakang. Sepedanya berwarna ungu, saya beli dari toko sepeda di dekat rumah saya. Entah apa merknya saya sudah lupa, tapi seingat saya harganya sekitar Rp. 300.000. Tadinya saya pikir mengajarkan naik sepeda pada anak itu merupakan hal yang mudah, tapi ternyata itu tidak terjadi pada Tayo anak saya.

Pada waktu melihat sepeda roda dua yang saya belikan tersebut, awalnya Tayo bersemangat untuk belajar naik sepeda. Tapi ternyata setelah ia mencoba mengayuh pedal sepeda dengan masih menggunakan bantuan roda pembantu, sepedanya sama sekali tidak bergerak. Lho kenapa kok macet? Ternyata kata anak saya rasanya berat sekali saat mengayuh pedalnya dan dia jadi malas untuk melanjutkan belajar bersepeda. Ya mungkin ini karena Tayo punya ukuran tubuh yang bongsor sehingga ia tidak kuat mengayuh sepeda yang membawa beban berat tubuhnya sendiri. 

Kemudian suami saya mencoba mengecek kondisi sepeda ungu tersebut. Ternyata pedalnya memang agak berat saat dikayuh. Makanya jadi terasa semakin berat saat Tayo duduk di atas sadel sepedanya. Lalu suami saya menambahkan pelumas pada bagian tuas pedal dan rantai agar kayuhannya jadi lebih enteng. Setelah dicoba lagi ternyata Tayo tetap saja merasa tidak nyaman, dan ia juga tampak masih kesulitan menyeimbangkan sepedanya. Karena merasa lelah, kemudian ia ngambek tidak mau berlatih lagi dan akhirnya sepeda ungu tersebut hanya mangkrak di rumah dan tidak pernah dipakai.

[caption caption="Tayo saat umur 4 tahun dengan sepeda ungunya"][/caption]

Saya jadi berpikir, apakah anak saya memang belum siap belajar naik sepeda roda dua ya? kok dia tidak seperti anak-anak lain yang tampak mudah dan cepat sekali belajar naik sepeda. Kemudian saya mulai mencari informasi tentang bagaimana cara mendeteksi kesiapan anak bersepeda. Ternyata caranya cukup sederhana, yaitu dengan melihat apakah anak telah mempunyai reflek yang sigap dan kekuatan otot kaki untuk mengayuh pedal sepeda. Kesigapan reflek pada anak ini bisa dilihat melalui tes menangkap bola. Begini caranya :

  1. Berdiri sekitar 1 meter dari sang anak 
  2. Lemparkan bola pada anak dan lihat seberapa cepat anak berusaha menangkap bola 
  3. Apabila gerakan reflek menangkap bola kurang dari satu detik, dan anak bisa menangkap bola tersebut, maka dia telah dapat belajar bersepeda 

Kesigapan reflek adalah salah satu indikator kesiapan anak untuk menyeimbangkan sepeda. Nah, setelah saya lakukan tes menangkap bola pada Tayo, ternyata ia memang belum begitu sigap saat menangkap bola. Jadi saya memang harus lebih rajin lagi dalam melatih kesigapan refleknya dengan cara lebih sering mengajaknya bermain lempar tangkap bola. Saya akui dulu Tayo memang jarang beraktivitas fisik seperti main bola atau lari-lari seperti anak lain seusianya. Ini juga karena kesalahan kami sebagai orang tua yang mengenalkan gadget terlalu dini pada Tayo, sehingga ia jadi lebih suka diam di dalam rumah untuk main game ketimbang bermain di luar rumah. Untungnya kemudian kami segera sadar dan gadget tersebut kami jual sehingga Tayo tidak sampai jadi anak yang kecanduan main game.

Singkat cerita setelah anak saya tampak memiliki kesigapan reflek yang lebih baik, saya kembali memotivasinya untuk mau belajar naik sepeda roda dua. Saya ceritakan padanya bahwa bisa naik sepeda itu seru lho. Nanti bisa main sepedaan bareng sama teman-teman. Suami saya juga ikut memotivasi dengan cara menunjukkan foto-fotonya saat bersepeda cross country dan nge-downhill ke tempat-tempat yang seru dan indah pada Tayo. Tujuannya tentu agar ia jadi mau lebih semangat belajar bersepeda lagi.

[caption caption="Ditunjukin foto papa (baju merah) lagi nge-dwonhill Tayo jadi semangat belajar naik sepeda lagi"]

[/caption]

Akhirnya usaha kami membuahkan hasil. Tayo mau mencoba belajar bersepeda, tapi dia tidak mau menggunakan sepeda ungu yang sudah saya belikan. Katanya dia mau belajar bersepeda tapi dengan sepeda yang kayuhan pedalnya tidak berat. Mendengar permintaannya tersebut, saya bisa memaklumi. Memang sepeda pilihan saya kemarin tampak kurang pas dan kurang nyaman dikendarai. Yang saya pikirkan saat membeli sepeda kemarin hanya berdasarkan pertimbangan harga yang murah. Iyaa..memang murah sih, tapi ternyata sepedanya malah tidak terpakai. Jadinya mubadzir kan? Baiklah, berdasarkan pengalaman tersebut kali ini saya akan membelikan sepeda lagi untuk anak saya dengan pertimbangan kualitas barang bukan harga murah. Lalu jatuhlah pilihan saya pada Sepeda Wimcycle.

Kenapa saya pilih Wimcycle ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun