pahlawan ekonomi, maka yang terbayang adalah para pengusaha kaya yang sukses menjalankan usaha dan membuka lapangan pekerjaan. Namun bukan berarti warga miskin tidak punya peluang untuk menjadi pahlawan ekonomi.Â
Jika mendengar istilahKabar baiknya, kini warga miskin yang namanya terdaftar di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) punya peluang untuk bertransformasi menjadi Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA).Â
Jika selama ini mereka rutin menerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) melalui Program Keluarga Harapan (PKH) maka melalui PENA mereka akan mendapatkan bantuan dan pendampingan untuk mengembangkan usaha sehingga diharapkan kondisi ekonomi keluarga akan berkembang lebih baik. Kuncinya adalah kemauan, keberanian dan semangat belajar.
Pahlawan ekonomi adalah program yang dilaksanakan di Surabaya sejak tahun 2010 yang berfokus pada pemberdayaan ibu rumah tangga dari keluarga miskin melalui jalur pengembangan bisnis skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).Â
Program ini dilaksanakan dengan cara memberikan pendampingan bagi UMKM mulai dari tahap awal berupa penguatan mental, pembuatan produk, pengemasan, pemasaran hingga promosi produk.Â
Dukungan lain berupa penguatan ekosistem pendukung UMKM melalui sinergisitas dari berbagai pihak eksternal seperti lembaga independen, perbankan dan pihak swasta dimana pemerintah setempat bertindak sebagai regulator dan fasilitator kegiatan.
Program pahlawan ekonomi yang digagas oleh Tri Rismaharani saat masih menjabat sebagai Walikota Surabaya ini terbukti berhasil memajukan UMKM warga miskin di Surabaya. Sejak tahun 2010 hingga 2017 terdapat 99 produk UMKM yang berhasil Go Internasional serta 105 produk sudah berstandar nasional.ÂPengalaman sukses tersebut mendorong Mensos Tri Rismaharani untuk mengembangkan pahlawan ekonomi di Surabaya menjadi program nasional dengan nama Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA). Program ini akan dilaunching pada Akhir Desember 2022 dengan harapan dapat mendukung pengentasan kemiskinan serta pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi.
UMKM merupakan pilar terpenting dalam perekonomian Indonesia. Kementerian Koperasi dan UKM mencatat pada tahun 2019 jumlah UMKM di Indonesia mencapai 65,47 juta unit dengan komposisi usaha mikro dan kecil paling dominan yaitu sebesar 64,6 juta atau 98,67% dari total UMKM di seluruh Indonesia.Â
Pandemi Covid 19 yang telah berlangsung selama 2 tahun telah memberikan dampak negatif bagi UMKM, namun disatu sisi juga telah mendorong bangkitnya digitalisasi UMKM. Pelaku UMKM yang mampu beradaptasi dan berinovasi di tengah pandemi Covid 19 dengan cara beralih ke platform digital, terbukti mampu bertahan bahkan dapat semakin meningkatkan penjualannya hingga ke luar daerah serta luar negeri.
Pelaku UMKM kebanyakan adalah kaum perempuan. Data Kemenkop UKM tahun 2021 mencatat 64,5% dari total pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia adalah perempuan.Â
Hal ini terkait dengan keragaman produk UMKM seperti fashion,kuliner, kerajinan tangan dan sebagainya yang memang dekat dengan kaum perempuan. Sehingga kaum perempuan memiliki potensi dan perlu didorong untuk semakin memajukan UMKM di Indonesia, khususnya perempuan dari keluarga miskin.