Yogyakarta, tidak hanya terkenal dengan sebutan kota pelajar yang sangat pesat pendidikannya, tetapi kota ini juga terkenal dengan sebutan kota budaya. Budaya yang sangat kental masih sangat terjaga, terasa sekali nafas budaya Jawa yang disuguhkan disetiap sudut kota Yogyakarta. Banyak ikon budaya di kota ini, salah satu ikon budaya di Yogyakarta adalah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan Ikon kebudayaan yang khas yang sangat dibanggakan oleh Yogyakarta yang letaknya berdekatan dengan Alun- alun Yogyakarta, keraton tak pernah sepi dari para pengunjung, baik pengunjung lokal maupun asing. Baik di luar keraton maupun di dalam keraton. Setiap hari keraton selalu menyuguhkan event- event yang berbeda- beda, hari Senin dan Selasa Pagelaran Karawitan, Rabu pagelaran wayang golek, Kamis Pagelaran Gamelan dan Sendratari klasik, Jumat Pagelaran seni macapat, Sabtu Pagelaran Wayang Kulit, dan Minggu Pagelaran Wayang Orang. Acara tersebut merupakan acara rutinan yang diadakan di keraton. Tepatnya Sabtu, 19 September 2015 pukul 09.00- 12.00 WIB di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Jl. Rotowijaya no.1, tersuguh salah satu budaya jawa yang sangat kental, yaitu wayang kulit.
Ki Cermo Raharjo, dalang dari pewayangan tersebut memainkan wayang kulit dengan cerita tentang Baratayudha, cerita tentang peperangan bersaudara antara kurawa dan pandawa dalam berebut kekuasaan. Tetapi sang dalang memainkannya diselingi komedi- komedi, sehingga para penonton bisa lebih terhibur, ditambah diiringi dengan musik gamelan yang khas serta para sinden yang mengiringi pagelaran tersebut dengan lagu jawanya. Disitulah terasa kentalnya budaya jawa yang disuguhkan oleh para pewayang dan abdi dalemnya.
Diadakannya pertunjukan budaya jawa yaitu salah satunya wayang kulit ini karena untuk mempertahankan budaya indonesia, khususnya budaya jawa yang sekarang jarang dijumpai karena pergantian zaman. Tak hanya itu, diadakannya acara rutinan di keraton ini untuk menarik para wisatawan lokal agar lebih mencintai budayanya sendiri dan agar wisatawan asing bisa memberikan apresiasi setinggi- tingginya kepada budaya Indonesia, khususnya wayang kulit.
Tiket masuknya pun sangatlah murah, hanya Rp. 6000 untuk wisatawan domestik, dan Rp. 17.000 untuk wisatawan asing (sudah termasuk tiket izin dokumentasi). Para pengunjung baik dari lokal maupun mancanegara berlalu lalang di keraton, ada yang memang sengaja menikmati pertunjukan wayang, ada juga yang hanya sekedar jalan- jalan mengelilingi keraton. Tetapi mayoritas penononton dari pertunjukan wayang kulit tersebut adalah wisatawan asing.
“Sebenarnya saya tidak terlalu mengetahui alur dari cerita wayang ini, walaupun saya sudah sering nonton acara ini. Tetapi yang membuat saya terus tertarik dengan wayang kulit ini karena dalangnya selalu memberikan selingan komedi. Apalagi saya sangat tertarik oleh budaya jawa, khususnya wayang kulit ini, bentuknya yang unik, dan banyak sekali cerita- ceritanya” ujar George, wisatawan asing dari Australia.
Acara berlangsung selama kurang lebih 3 jam, antusiasme pengunjung sangatlah terlihat. Itu terlihat dari kursi penonton yang terisi penuh oleh pengunjung. Semua alat dokumentasi mereka gunakan untuk mendokumentasikan tontonan bernafaskan budaya Jawa. Ada yang hanya memotret, ada pula yang mendokumentasikan dalam bentuk video. Guide dari keraton berlalu lalang menemani dan mengiringi para wisatawan untuk menjelaskan semua event dan semua hal tentang keraton. Ketika acara selesai, para pengunjung keluar dari keraton dengan kesan yang berbeda- beda, dan banyak yang kagum akan keunikan wayang kulit tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H