Mohon tunggu...
Arifah QurrotaAyun
Arifah QurrotaAyun Mohon Tunggu... Freelancer - Perempuan yang terus belajar

Muslimah. Belajar menulis. Ingin menjadi Pendidik dan Orang yang memberi Manfaat untuk sesama

Selanjutnya

Tutup

Diary

2020: Meresapi Makna Semua Takdir Itu Baik

8 Januari 2021   11:06 Diperbarui: 8 Januari 2021   11:18 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(2021) Semua Takdir itu baik, kamu hanya belum menemukan hikmah dibaliknya. Bagi sebagian orang melewati 2020 bukanlah hal mudah. Banyak hal tidak terduga terjadi, yang merusak rencana, yang menunda mimpi indah, atau yang mengubah zona nyaman. #LadiesianaRenungankuHarapanku.

(2017) Semua Takdir itu baik, kamu hanya belum menemukan hikmah dibaliknya. Awal mendengar kalimat ini: tidak mengerti, mengabaikan. Sudah 1 tahun aku lulus dari kampus. Beradaptasi di dunia luar tidaklah mudah bagiku. Bisa dibilang aku diciptakan untuk dunia persekolahan. Aku cukup lihai dalam pelajaran eksak, hafalanku juga bagus, dan aku pekerja keras. Tak heran aku hampir selalu menempati peringkat atas tiap semester dan aku dengan mudah masuk ke sekolah favorit. Alhamdulillah. Allah memberiku kelebihan, tapi pasti melengkapiku dengan kekurangan.

(2018) Semua Takdir itu baik, kamu hanya belum menemukan hikmah dibaliknya. Kalimat ini muncul kembali di feed media sosialku. Mengeluh responku, menanyakan kebenaran. Impianku adalah menjadi dosen. Sehingga impian terdekatku melanjutkan sekolah magister. Tekadku tidak menyusahkan orang tua, sehingga aku berniat mencari beasiswa. Beasiswa ke luar negeri, Eropa. Mulailah aku melengkapi persyaratan untuk mendaftar beasiswa seperti tes bahasa inggris, rekomendasi, essay, dan sebagainya. Namun sayang kemampuan bahasa inggrisku tidak mumpuni untuk memenuhi persyaratan. Berkali-kali aku gagal mengikuti tes bahasa inggris yang harganya tidak murah. Impian untuk S2 harus tertunda.

(2019) Semua Takdir itu baik, kamu hanya belum menemukan hikmah dibaliknya. Kalimat itu sekarang diutarakan oleh Influencer muda favoritku. Tanggapanku tidak jauh berbeda dari tahun lalu, Sangsi. Tahun ini adalah tahun yang berat. Quarter Life Crisis katanya situasi yang sedang kualami. Teman-temanku sudah mulai menapaki kehidupan yang stabil di mataku. Sebagian memiliki pekerjaan hebat, sebagian lagi sudah berkeluarga, sebagian lagi menjalani hidup yang selama ini kuimpikan, S2 di luar negeri. Ya, aku mengalami fase QLC, aku merasa kurang akan diri, aku cemas tentang masa depan, dan aku takut untuk gagal. Semua berkecamuk dalam kepalaku tahun ini.

(2020) Semua Takdir itu baik, kamu hanya belum menemukan hikmah dibaliknya. Lagi, dipertemukan dengan kalimat ini. Tersenyum. Ya, tahun ini aku membacanya dengan tersenyum. Perlu waktu 3 tahun meresapi makna yang dalam dari kalimat ini.

2020 adalah tahun aku menikah. Impian S2 masih aku genggam, tapi sebenarnya sudah mau untuk kulepaskan. Toh, aku sudah menikah ini, pikirku, prioritasku lain. Selain itu, aku juga belum menerima beasiswa dan aku kembali gagal mendapat LOA (Letter of Acceptance) untuk berkuliah di luar negeri.

Takdir berkata lain. Aku dan suami berdiskusi tentang rencana kami dan kami sama-sama ingin S2. Kami pun mendaftar di salahsatu perguruan tinggi dalam negeri, dan kami diterima. Awalnya aku ragu untuk melanjutkan karena kami sedang mengalami keterbatasan biaya. Pekerjaanku sedang terhenti karena pengaruh Pandemi Covid-19. Hal yang kusyukuri adalah suami memberiku kekuatan untuk terus maju. Biaya biar nanti dipikirkan bersama. Percaya Allah akan memberi rezeki. Akhirnya, aku menjalani mimpi S2 ku, dengan biaya yang belum pasti dari mana. Sesuatu yang tidak akan aku lakukan jika aku masih sendiri, karena aku takut akan ketidakpastian. Namun ternyata setelah  dijalani, hal ini membuatku sangat bahagia. #LadiesianaRenungankuHarapanku.

(2021) Semua Takdir itu baik, kamu hanya belum menemukan hikmah dibaliknya. Bagi sebagian orang melewati 2020 bukanlah hal mudah. Bagiku, 2020 memang bukan tahun kejayaan, saat roda hidup berada di atas. Tapi 2020 adalah tahun aku mulai bisa memutar roda hidup. Tahun aku menata kembali hidup yang sempat terasa berhenti. Tahun aku mulai belajar untuk bangkit kembali. Tahun aku memaknai bahwa takdir 3 tahun lalu yang digariskan untukku memanglah baik, skenario yang mengantarkanku menjadi dewasa.

Di tahun ini, aku memang masih tidak tahu bagaimana membiayai kuliah S2-ku. Aku juga masih terus beradaptasi dengan peran baruku sebagai seorang istri dan mahasiswa yang ternyata tidak mudah. Tapi aku banyak belajar dari fase QLC ku untuk terus mensyukuri keadaan dan memberikan yang terbaik di amanah apapun yang aku jalani. Harapanku terus tumbuh di tahun ini seiring dengan amanah baru yang akan segera datang, insya Allah. 2021, tahun yang akan lebih menyenangkan dengan jiwa positif yang segera hadir di tengah aku dan suami. Kelahiran anak pertama kami. Yaa, semua takdir itu memang baik, percayalah kita akan menemukan hikmah dari takdir-takdir tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun