Gendut merupakan istilah yang digunakan orang untuk menjuluki seseorang yang memiliki bentuk lebih dari kadarnya. Gendut tidak hanya menyerang pada orang dewasa. Baik tua-muda pun bisa mengalaminya. Pada anak balita gendut memang terlihat cenderung  lebih lucu dibandingkan dengan anak yang tampak kurus. Namun,kelucuan itu terkadang hanya dianggap lelucon semata. Padahal dibalik kata gendut itu bisa saja terdapat berbagai rahasia yang tersimpan di dalamnya. Karena jika gendut tersebut dibiarkan, maka akan menjadi obesitas.
Obesitas adalah penyakit gizi yang disebabkan oleh kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh. Banyak penyebab dari obesitas itu sendiri. Bisa dari pola makan yang berhubungan dengan lingkungan keluarga, aktifitas fisik yang rendah, gangguan psikologis, laju pertumbuhan yang sangat cepat, faktor keturunan dan juga gangguan hormon. Obesitas yang tidak dihiraukan akan menjadi sebuah hambatan pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak akan sulit untuk melakukan aktifitas dan akan menjadikan hidup kurang sehat.
Gejala dari obesitas itu sendiri adalah anak tampak terlihat sangat gemuk daripada teman sebayanya, memiliki dagu ganda, memiliki buah dada yang seolah-olah berkembang serta perut menggantung. Anak juga akan cenderung malas bergerak karena merasa sulit bahkan merasa berat saat menggerakkan anggota tubuh mereka.
Dengan demikian, diperlukan penanganan yang tepat untuk bisa membantu anak dalam mengatasi masalah gizi tersebut. Di antaranya dengan mengubah gaya hidup khusunya pola makan yang teratur dan bergizi dan juga olahraga yang cukup untuk mengimbanginya. Menangani obesitas pada anak boleh saja dengan memberikan menu makan diet lemah kalori. Â Namun jangan di samakan dengan diet pada orang dewasa. Diet pada anak bukan dengan melakukan diet sampai tidak makan, namun diet pada anak yaitu dengan tetap memberikan menu makan sehat pada anak dan juga mengatur pola makan anak. Obat diet pada anak pun sebaiknya harus dengan resep dokter agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H