Pada 31 Desember 2019, kasus yang menunjukkan gejala semacam pneumonia dilaporkan pertama kalinya di Wuhan, provinsi Hubei, Cina.Â
Kasus ini terus bertambah parah, hingga akhirnya China CDC (Center Dissease Control) melaporkan adanya jenis baru dari virus corona yang merupakan penyebab dari wabah ini. Penyakit jenis baru ini pun disebut sebagai virus corona 2019 (COVID-19).Â
COVID-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam keluarga besar coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun angka kematian SARS (9,6%) lebih tinggi dibanding COVID-19 (saat ini kurang dari 7%).Â
Dikutip dari BBC, jumlah kasus COVID-19 jauh lebih banyak dibanding SARS. Pada saat itu SARS diperkirakan merugikan ekonomi global lebih dari 30 dollar miliar AS, sedangkan ekonom menyebutkan bahwa dampak virus corona baru ini dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar. Kegagalan-kegagalan ekonomi yang terjadi ini diakibatkan virus corona seolah-olah seperti barang publik, yang memiliki supply, tanpa ada demand (permintaan).
Pada 11 maret 2020 World Health Organization (WHO) mengumumkan, COVID-19 sebagai pandemi global setelah melihat bahwa dengan cepat COVID-19 menularkan hingga ke seluruh dunia dan terjadi peningkatan jumlah kasus di beberapa daerah yang sudah terinfeksi. Menurut situs WHO, pada 17 April 2020, dilaporkan 1.995.983 kasus COVID-19 pada lebih dari 100 negara di seluruh dunia, mayoritas terjadi di kawasan Eropa dan Amerika.
Di Indonesia sendiri, sudah lebih dari sebulan sejak presiden jokowi  secara resmi mengumumkan kasus pertama virus corona. Setelah kasus pertama dan kedua ditemukan positif, pemerintah terus melakukan pengembangan pada orang-orang yang pernah melakukan kontak fisik dengan ibu dan anak tersebut.Â
Hingga 16 April 2020, terdapat 5.516 kasus di Indonesia dengan jumlah kematian 496 kasus meninggal dunia dan 548 kasus berhasil sembuh. Meskipun pada hari-hari sebelumnya angka kematian lebih tinggi, justru sekarang berbalik arah. Ini menunjukkan bahwa penanganan virus corona ini mengalami peningkatan.
Terjadinya pandemi akibat wabah COVID-19 ini menghasilkan eksternalitas. Eksternalitas sendiri ialah biaya atau manfaat yang didapatkan oleh pihak ketiga yang tidak dapat memilih untuk mendapatkan atau tidak dampak tersebut, yang dapat berupa eksternalitas negatif dan eksternalitas positif (pecuniary). Berikut dua eksternalitas positif yang sudah kita dapatkan selama berlangsungnya pandemi:
1. Berkurangnya volume sampah
Di Ibukota, penurunan volume sampah terlihat jelas sejak hari pertama di berlakukannya Work From Home (WFH) pada 16 Maret 2020. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mencatat bahwa rata-rata tonase sampah dari Jakarta menuju TPS Bantargebang berkurang 620 ton per hari.Â