Di zaman milenial ini sering dijumpai slogan-slogan ataupun postingan di berbagai media sosial yang menampilkan "STOP BODY SHAMING!", yang mana sebagian orang mungkin belum mengetahui apa itu. Jadi apa sebenarnya body shaming?
Kata body shaming berasal dari bahasa Inggris yaitu body yang artinya tubuh dan shaming yaitu mempermalukan. Mengutip dari cnnindonesia.com, "body shaming berarti kritikan atau komentar yang bersifat negatif, komentar itu diberikan baik untuk diri sendiri ataupun orang lain, bisa juga diartikan sebagai tindakan mempermalukan penampilan fisik seseorang."
Fenomena body shaming ini bisa terjadi kepada semua orang, namun tidak dapat dipungkiri bahwa yang sering menjadi korbannya adalah wanita khususnya yang berada dalam rentang usia remaja sampai umur 20-an akhir.
"Menurut sebuah survei yaitu Body Peace Resolution yang digelar oleh Yahoo! Health, menunjukkan bahwa wanita lebih banyak mendapat perlakuan body shaming ketimbang pria. Survei ini dilakukan terhadap 2.000 orang berusia 13 - 64 tahun.Â
Dan hasilnya 94% remaja perempuan pernah mengalami body shaming, sementara remaja laki-laki hanya 64%." Dikutip dari (wolipop.detik.com) Â
Bagi sebagian orang, mengomentari bentuk tubuh mungkin hal yang sepele. Misalnya saja, 'Hitam banget sih sebelas dua belaslah sama arang', 'putihnya keterlaluan tuh udah kayak mayat hidup, 'Kok kamu gendutan? Diet dong!', 'kurus banget sih kamu, kayak triplek, makanya jangan malas makan', 'rajin minum susu deh biar nggak pendek kayak anak SD', atau juga seperti, 'Ih, kamu punya double chin! Makan terus sih kayak sapi'.
Namun banyak yang tidak tahu bahwa body shaming bisa berpengaruh pada kehidupan para korban, membuat mereka merasa buruk bahkan jijik dengan tubuh sendiri, kehilangan kepercayaan diri sepanjang hidupnya.Â
Akibat paling parah dari body shaming adalah timbulnya gangguan pola makan yang berbahaya seperti anoreksia dan bulimia.
Body shaming juga bisa memicu orang menjalani diet dan olahraga ekstrem di luar batas kemampuan mereka. Lebih parahnya lagi, body shaming berpotensi mengganggu kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan akut.
Sebuah survei menyatakan, 2 dari 5 wanita mengaku ingin operasi plastik demi mengubah penampilan fisiknya secara permanen akibat terus diolok-olok.
Di era milenial ini body shaming tidak hanya dilakukan secara langsung namun juga melalui media sosial seperti instagram.Â