Mohon tunggu...
Arif Agung N
Arif Agung N Mohon Tunggu... Guru -

Mencoba bercerita tentang perjalanan manusia. Mengukir pahatan sejarah pada pohon peradaban. Mengajar di Pesantren Bina Umat Yogya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Santri Bina Umat Belajar dengan Mengajar

23 Juni 2015   09:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:39 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sleman, 24 Mei 2014. SMA Islam Terpadu Bina Umat Sleman mengadakan ujian microteaching dan fathul kutub bagi kelas 12 SMA. Ujian yang dilakukan untuk menguji kompetensi mengajar dan kafaah syariah siswa kelas 12. Ujian tersebut diadakan setelah siswa usai mengikuti UNAS SMA. Acara yang berlangsung sejak 24 April sampai dengan 25 Mei 2014 itu diikuti 42 siswa. Sebanyak 36 siswa memakai pengantar bahasa arab untuk pelajaran kepesantrenan dan bahasa inggris untuk mengajar pelajaran umum.

Sekolah yang ada di Kecamatan Moyudan Sleman ini memang unik. Sekolah yang berada di pedesaan dengan hamparan persawahan di sekelilingnya ini sangat nyaman buat kegiatan belajar. Meskipun sekolahnya umum (SMP dan SMA) tetapi disana juga diajarkan pelajaran kepesantrenan yang sama porsinya dengan pelajaran umum. Dari selajaran umum semisal fisika, matematika, Biologi sampai aqidah, akhlak, nahwu dan shorof, semanya diajarkan di pesantren ini.

Dengan mengajar (microteaching) maka siswa akan belajar bagaimana mengamalkan dan menularkan ilmunya. Guru adalah manusia paling mulia di dunia ini, ungkap Ust Aminullah Al Wahidi M.Pd.I pembimbing ujian.

Menggali ilmu dari sumbernya langsung adalah keniscayaan bagi seorang ulama, maka kita harus bisa membaca Al-Qur'an dan hadist sebagai referensi utama. Kita berharap bahwa santri bisa mempunyai kemampuan itu setelah lulus ujian fathul kutub, tambah Ust Widi Sumarahati S.Pd kepala sekolah SMA IT Bina Umat.
Ternyata menjadi guru itu tidak semudah yang kita bayangkan, saya banyak belajar tentang kesabaran, tanggung-jawab. Tanggung-jawab moral sebagai guru itu sangat berat, ungkap Lina Manasih siswa asal Moyudan Sleman.

Dipublish di KR tanggal 27 Mei 2014
PJ Arif Agung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun