Mohon tunggu...
arif agung
arif agung Mohon Tunggu... -

S1 Dramaturgi Institut Seni Indonesia Yohyakarta, Pengelola Majalah Komunitas Muba Randik, Sekayu Musi Banyuasin, Wartawan harian Berita Pagi, Sumsel, Biro Sekayu, Muba sejak 2005. Tinggal di Sekayu, Kota Kabupaten Musi Banyuasin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pisau Cap Garpu, Preman dan Pelaminan

25 Juli 2010   05:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:37 7223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sering dengar kalimat ditujah, kena tujah? Dengan pisau cap garpu? Bagi yang tinggal di Palembang, Sumatera Selatan dan sekitarnya tentu tak asing. Pisau ini bentuknya lugas, badan pisau terbuat dari baja karbon dengan pegangan (gagang ) kayu. Panjangnya antara 5 inci sampai 12 inci. Untuk pisau asli pada bodinya ada merek Herder, Solingen, Made In Germany. Untuk produk tiruannya yang beredar di Sumsel dan sekitarnya bermerek Cap Garpu Palembang atau Cap Garpu Padang Sumatera Barat.   Pisau ini sangat legendaris dan kondang di kalangan dunia hitam atau preman. Selain kerap dipakai untuk menujah korban (entah korban kekerasan atau kejahatan), pisau cap garpu juga ngetop di kalangan kolektor. Maklum versi asli pisau ini dibuat di Solingen, Jerman. Di pasaran memang sudah agak langka dan harganya mencapai jutaan rupiah, sedangkan yang tiruan dibandrol 300-500 ribuan. Namun versi tiruannya tersebar luas di Sumatera Selatan. Khusus yang di Palembang meski tiruan tapi kualitasnya oke punya. Pisau ini bukan jenis untuk menetak/ memotong tetapi untuk mengiris dan menyayat dan tentu saja juga untuk menujah/menusuk. Tak heran jenis pisau ini digandrungi  kalangan penodong, pencobet dan penjahat. Maklum pisau ini tajamnya bukan kepalang.

Cerita hebat lainnya soal pisau cap Garpu modif ala Herder ini ada di antero Sekayu, Musi Banyuasin, kabupaten kecil kaya migas berjarak tempuh 3 jam naik mobil dari Palembang. Entah bagaimana cerita persisnya, tetapi warga Sekayu mengidolakan pisau cap Garpu  yang lumrah disebut lading sebagai ganti duduk ( dari keluarga mempelai wanita yang minta ganti 'hilang'nya anak gadis akibat dinikahi). Lading harus sudah tersedia kala mempelai pria melamar calon istri. Disebutkan dalam prakata lamaran dan ditunjukkan batang besinya.

Memang, tidak semua keluarga mempelai wanita meminta pisau cap garpu sebagai ‘ganti duduk’ saat anak gadis mereka dilamar atau dinikahi pria. Istilah ganti duduk konon merujuk hilangnya anggota keluarga yang nikah dan dibawa ikut suami. Nah untuk menebalkan ingatan bahwa masih ada anak gadis di rumah itu, ya ditaruhlah ganti duduk yang sebatang pisau daan jenis besi batangan tajam lainnya di dalam rumah itu.

Selain pisau jenis ini keluarga Sekayu juga demen sama yang namanya keris, tombak, pedang dll yang serba tajam dan nggegirisi. Apa latarnya? Konon, keluarga mempelai wanita merasa kehilangan buah hati akibat disunting lelaki. Karena wanita adalah harta berharga dalam keluarga, maka keluarga ikhlas asal ya diganti dengan benda berharga lain semacam keris, tombak, pedang juga pisau cap Garpu.

Kenapa harus besi batangan yang tajam dan menakutkan yang dipilih untuk ganti duduk? Nah soal ini memang perlu pengakajian rapih jali dan njlimet. Kenapa? Ya kalau salah cakap, salah nilai atau basing komentar bisa-bisa kena tujah. Tau rasanya kena tujah dengan pisau cap Garpu? Beeuuuu, ampuuun mak. Apalagi kalau ditujah di boyok (bokong) atau kelek (ketiak), wow aduhai rasanya sakit setengah mati. Jika luka akibat tujahan di boyok, jadi susah tidur jadinya. Tidur telentang jelas gak bisa, mau tidur telungkup sepanjangan bisa sesak nafas tentunya. Nah kalau keno tujah di kelek, ooi coba bayangkan sendiri. Rasanya lengan harus tegak lurus macam baris-berbaris lencang kanan atau ngacung ala ujian mencongak di SD baheula. HERDER KNIVES - THE COMPANY In 1623 Jürgen Herder hardened swords during the Thirty Year War dating from 1618-1648. Then in 1650, they began production of knives, mainly for the dutch market. In 1727 In order to make Herder-knives unique, "Pic-As" was registered as the oldest trademark in Solingen. In 1800 Herder knives were introduced in the Malay Archipelago by the Dutch East India Company, then Trademarked in 1802 "Tjap Garpu" (Fork Brand) which still remains a famous brand in the Near and Far East. In 1850 Herder Knives expanded into South America and Southern Europe. 1925 brought the development of a new stainless steel in cooperation with domestic and foreign partners. The Trademark "Constant" for knives with blades of stainless steel was implemented in 1927. Then the Trademark "Don Carlos" for professional knives and scissors made of high carbon steel was implemented in 1931. In 1955 Herder entered new markets in Europe, Near and Far East and North America. In 1995 the moved to their new facility in Solingen, Germany and have been producing quality cutlery to date.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun