Mohon tunggu...
Arif Hidayatullah
Arif Hidayatullah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Matematika Universitas Negeri Padang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Negriku Diuji

9 Mei 2014   17:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:41 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terisak tangis meratap diri menatap negeriku yang sedang diuji

Hilang dibenam air, hancur dibakar api pertiwiku menangis diselimut abu

Semua berebut menjadi donasi tapi sayang hanya karena menjadi politisi

Bukan niat, apalagi ikhlas. uluran baju bekas dengan kardus berlabel kertas

Separuh negeriku kini hilang, hanya meninggalkan bayangan semalam

Saat bahagia bersama keluarga kini tak disangka dihantam bencana

Pikiran kotor kelakukan risuh mungkin Tuhan dijadikan musuh

Sikap acuh kinipun menjadi lusuh mengingat badan yang selalu kumuh

Ada yang tertawa melihat negeriku

Para manusia entah waras atau gila

Mungkin karena ia tak lagi mempunyai Doa

Tak butuh bantuan para sesama, kini ia disebut manusia setengah serigala

Ketika negeriku dihantam bencana

Malah manusia semakin gila

Mungkin kini Dunia sudah semakin Tua

Hanya menanti kapan saat kiamat tiba

Sinabung yang masih menangis kini disusul kelud menambah perih

Tiada cukupkah Tuhan membantah

Ulah berulah yang semakin parah

Hingga pertiwi selalumenjadi bukti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun