Sering memperhatikan status-status di FB atau twitter gak?..
Di era informasi teknologi komunikasi yang serba cepat, mudah, murah ini dunia maya begitu gemerlap. Orang-orang begitu cepatnya mem-broadcast apa-apa yang sedang mereka lihat, mereka kerjakan.
Dari mereka bangun tidur, wudlu, sholat subuh, nggowes, mandi, naik bison, macet di jalan, terlambat di kantor, dikantor ngerjain apa, makan apa, sampai nanti pulang jam lima, mereka broadcast ke dunia maya..termasuk penulis..hehheh.
Yang mungkin lagi ngetren saat ini adalah status-status tentang tempat nongkrong dan kuliner, yang menurut mereka keren.
Fenomena tersebut mungkin dipicu oleh beberapa program tv yang menayangkan tentang kuliner.
***
Beberapa waktu yang lalu, Mas Prayit diajak atau tepatnya ditraktir makan siang di Kota Malang dengan mantan bos nya.
Traktiran tersebut di restoran atau cafe terkenal di Kota Malang.
Karena Mas Prayit itu jarang masuk restoran atau cafe, maka diajaklah beberapa teman Mas Prayit untuk menemani Mas Prayit, katanya sih “ben ora ngisin-ngisin i “. Padahal temen-temen Mas Prayit tersebut yo gak pernah blusukan di cafe juga, termasuk saya...heheheh..
Akhirnya sampailah kita berempat di cafe tersebut. Namanya adalah Malibu Steak & Pizza di Jalan Pahlawan Trip Malang.
Pada saat kita masuk, di depan cafe tersebut terdapat dua papan tulis ukuran sedang yang ditulisi dengan kapur tulis yang berisi menu hari itu.
“Lah, iki bener restoran ta?...mosok restoran kok menu ne ditulis pake kapur?”, kata Mas Prayit kepada kita-kita.
“Lah, kata Bu Evi disini kok...” kata saya sambil sok pede masuk ke restoran Malibu.
Saya yakin temen-temen pada saat masuk Malibu sebenernya pada nggumun. Pada saat masuk, di sebelah kiri lorong adalah dapur Malibu , besar dan bersih.
Ternyata Bu Evi sudah menunggu di sebelah kanan lorong, kalo menurut saya adalah seperti ruang tamu. Karena diruangan tersebut terdapat beberapa sofa dan beberapa kursi, yang ditata seperti sebuah ruang tamu.
Di belakang rang tamu adalah ruangan terbuka, dengan kursi-kursi dan meja yang ditata memanjang. Terdapat juga beberapa speaker. Mungkin diperuntukkan kalo ada pengajian atau tausiyah atau mungkin untuk nasyid dan kadrahan.
Sayangnya kursi di bagian belakang tersebut, kalo menurut saya kurang “keren” dibanding yang di ruang tamu. Karena kursinya dari gembreng, seperti kursi-kursi di kantor kelurahan.
“Ayo, maem opo iki..?” kata Bu Evi.
“Wis buk, terserah Bu Evi saja. Kita-kita lagunya sama kok, “Pasrah”. La wong kita mbaca menunya aja gak bisa...” padahal sebenernya Mas Prayit shock liat harganya...hehhehe...
“Yo wis, tak pilihno yo. Kalo anakku sih biasanya yang ini, trus minumnya ini. Trus kentangya di beginiin..bla..bla..bla...” kata Bu Evi.
“Manuk, eh, manut Bu..”
***
Akhirnya terhidangkanlah beberapa porsi steak yang gede dan laziss..
Menurut saya taste dari steak Malibu tersebut berasa “rasambayar”.
***
Biasalah kalo ibu-ibu sudah ngumpul pastilah gayeng ngobrol sana, gosip sini, curhat situ, ngrasani sini, ngenyek sono, nyela siti, eh sini, sambil menikmati steak yang laziss...rempong deehhh...
“Asar dulu ya?” kata Mas Prayit, “Mas, musholla di mana?” tanya saya kepada seorang karyawan Malibu.
“Musholla gak ada mas, tapi kalo sholat di belakang mas..”
Tempat sholat tersebut nyempil di belakang dengan ukuran kira-kira 3X3 m2. Campur dengan loker karyawan, kasur, helm dan barang-barang printilan-printilan. Ya, Alhamdulillah masih ada tempat sholat lah meskipun nyempil.
***
Saya gak tau apakah ini nantinya akan dibaca oleh owner Malibu, tapi misalkan dibaca, mbok ya o musholla nya dibikin yang agak kerenlah. Mosok kalah keren sama dapur dan toiletnya.
Insya Allah dengan musholla yang keren, dan adanya orang yang sholat disitu, Malibu jadi lebih berkah..ya toh bos???...
Saya Arif Wibowo, selamat menikmati steak...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H