Mohon tunggu...
Arif Wibowo
Arif Wibowo Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di DJP.

ASN di DJP yang belajar menuliskan hal receh dan konyol sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Filosofi Pesugihan Kandang Bubrah

17 Januari 2014   00:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:46 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Bulan Januari sekarang ini, bener-bener identik dengan hujan sehari-hari. BMKG memperingatkan warga bahwa hujan di bulan Januari dan Februari akan berlangsung hampir setiap hari.

Dari pemberitaan di media cetak maupun elektronik, akibat dari hujan sehari-hari ini di beberapa lokasi di Indonesia di dera banjir.

Ibu Kota Jakarta merupakan pelanggan setia dari banjir tahunan. Sudah lebih dari lima belas gubernur yang mencoba menyelesaikan masalah banjir ini, tapi sepertinya banjir sudah begitu mengakar di Jakarta.

Bencana banjir saat ini juga melanda kota Manado.

Ratusan orang, bahkan ribuan orang kehilangan rumah dan harta benda mereka. Mereka saat ini berada di posko-posko pengungsian.

Demikian juga para korban letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara.

Diawal tahun 2014 ini, bangsa Indonesia disambut dengan berbagai macam bencana.

Lain lagi dengan Koh Ahong, tetangga Mas Prayit. Koh Ahong adalah seorang pengusaha tahu yang sukses.

Rumah Koh Ahong berada di gang belakang rumah Mas Prayit, tepat di pojokan ujung gang.

Rumah Koh Ahong terlihat berbeda dengan rumah-rumah warga komplek lainnya. Rumah Koh Ahong terlihat lebih besar, megah, lebih tinggi, dan lebih tidak terawat. Rumput-rumput liar setinggi lutut, juga lumut menempel di tembok rumah Koh Ahong. Karena rumah tersebut tidak ditempati oleh Koh Ahong dan keluarganya. Koh Ahong dan keluarga menempati rumah peninggalan orang tuanya yang sekaligus sebagai tempat usaha pabrik tahu.

Diawal tahun ini, Koh Ahong terlihat sibuk melakukan pembongkaran rumahnya meskipun rumah Koh Ahong tidak dilanda banjir. Dua orang kuli bangunan terlihat sedang mengaduk-aduk campuran semen dan pasir. Sedangkan tiga orang pekerja lainnya terlihat sedang mendengarkan perintah-perintah Koh Ahong.

“Ihh, aneh ya, padahal rumah itu gak pernah ditempati lo...,” terdengar kasak-kusuk dari tetangga kiri kanan depan belakang Koh Ahong.

“Tapi kata satpam komplek kita, Pak Dwi, kalau malam sering terdengar suara-suara aneh lo jeng,” rumpi Bu Retno kepada Bu Rina.

“Saya dan suami saya pernah malam-malam lewat depan rumah Koh Ahong, kok seperti ada yang mengikuti kita lo jeng,” tambah Bu Rina.

Memang sudah menjadi rahasia umum, bahwa rumah Koh Ahong tersebut ditempati oleh pesugihannya Koh Ahong.

Dan rumah tersebut secara periodik selalu di renovasi oleh Koh Ahong.

Kalau istilahnya warga di situ, Koh Ahong mempunyai pesugihan kandang bubrah.

“Saya kok agak kurang percaya deh, kalau Koh Ahong memakai pesugihan. La wong dia setiap hari masih bekerja. Kecuali kalau tidak bekerja sama sekali.” Kata Mas Prayit kepada bapak-bapak yang malam itu lagi kena giliran ronda.

“La tapi kenapa rumah sudah bagus, kok tidak ditempati dan tiap tahun selalu di renovasi,” tanya Pak Dwi, satpam komplek, sambil menyeruput kopi nasgitel alias kopi panas legi kentel.

“Ya wis, begini saja, besok kalau saya ketemu Koh Ahong coba tak tanyakan apa yang menjadi pertanyaan sampeyan-sampeyan itu,” jawab Mas Prayit.

Keesokan harinya bertemulah Mas Prayit dan Koh Ahong di lapangan badminton. Kebetulan Mas Prayit dan Koh Ahong berlatih badminton di tempat yang sama, meskipun berbeda klub.

“Begini Koh Ahong, sebelumnya saya minta maaf dulu,”

“Loh, ada apa Pak Prayit....memangnya Pak Prayit salah apa?”

“Begini Koh Ahong..eee..anu, saya cuman menyampaikan titipan pertanyaan saja dari warga komplek. Mereka itu penasaran dengan rumah Koh Ahong yang ada di komplek kita,”

“Memangnya kenapa Pak Prayit, mereka pada terganggu dengan renovasi sekarang ini ya?”

“Bukan masalah itu Koh. Maaf ya Koh, sebelumnya saya minta maaf ni Koh. Koh Ahong pakai pesugihan kandang bubrah ya?” dengan mengumpulkan keberanian akhirnya keluar juga pertanyaan tersebut dari mulut Mas Prayit.

“Oalahhh...masalah itu. Sebenarnya saya juga sudah mendengar kasak-kusuk tersebut. Begini Pak Prayit, rumah tersebut kalau dari luar memang sudah jadi, tapi sebenarnya di dalamnya masih bubrah seperti kandang. Sengaja saya bikin seperti itu supaya ada motivasi bagi saya untuk lebih giat bekerja mencari uang untuk memperbaiki kandang saya yang masih bubrah tersebut,” terlihat mulut Koh Ahong sampai berbusa-busa memberikan pencerahan kepada Mas Prayit.

“Jadi sebenarnya saya dan Koh Ahong itu sama-sama memakai kandang bubrah. Kalau kandangnya Koh Ahong menjadi motivasi, kalau saya, sudah rumah seperti kandang, bubrah pisan,” kata Mas Prayit menutup obrolan dengan Koh Ahong.

Saya Arif Wibowo, lagi bertapa mencari pesugihan untuk menolong korban bencana alam..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun