Mohon tunggu...
Arif Wibowo
Arif Wibowo Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di DJP.

ASN di DJP yang belajar menuliskan hal receh dan konyol sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Antara Laora , Emon, dan Presiden

8 Mei 2014   08:42 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:44 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Dulu, di tahun 85 an dimana film-film Indonesia masih banyak penontonnya, ada sebuah film yang berjudul Catatan Si Boy. Film tersebut begitu meledaknya hingga dibuat sampai 4 jilid. Ada salah satu tokoh di film tersebut yang memberi warna pada film tersebut. Tokoh tersebut karakternya adalah Laora, lanang ora wadon ora. Cowok tapi kemayu atau genit. Yup, bener..namanya adalah Emon. Tokoh Emon tersebut diperankan oleh Didi Petet. Pada waktu itu Didi Petet masih muda, masih pantas berperan kemayu. Coba bayangkan Didi Petet yang sekarang berperan sebagai Emon...Haqqul Yaqin penonton pada puasa Senin-Kamis semua.

Di dunia lawak era lawas, ada beberapa pelawak yang memerankan karakter Laora juga. Sebut saja Karjo AC/DC, nama AC/DC diberikan mungkin karena Karjo bisa memerankan antara dua arus listrik. Bisa arus bolak-balik dan  bisa arus searah. Beliau kalau manggung biasanya memakai pakain kebaya atau pakaian perempuan.

Ada Tessy, pelawak Srimulat yang kalau manggung karakternya sebagai Laora juga. Padahal dalam kehidupan sehari-hari tongkrongan Tessy bak seorang preman.

Di era sekarang, banyak anak-anak muda yang bergaya Laora tersebut. Dan Laora yang sukses sekarang ini adalah Olga. Dari pagi sampai tengah malam, di semua stasiun tipi kita pasti ada Olga. Tapi akhir-akhir ini Olga agak menurun frekuensi kemunculannya di tipi-tipi. Mungkin karena lagi sakit.

Fenomena Laora tersebut sebenarnya sudah ada sejak jaman baheula. Bisa kita lihat pementasan ludruk jaman dahulu. Sebagian besar pemain ludruk yang berperan sebagai perempuan di perankan oleh kaum Laora. Mungkin filosofinya adalah karena asas penghematan. Sebelum manggung dan setelah manggung mereka kembali ke aslinya, laki-laki, dan mengangkat segala peralatan untuk pementasan. Pada saat manggung, berpakaian seperti perempuan. Yang diuntungkan adalah pemilik tobong tersebut.

Kembali ke Emon,

Hari-hari ini pemberitaan tentang Si Emon begitu massive nya. Hampir menyamai pemberitaan tentang capres Jokowi. Tapi Emon yang sekarang bukanlah Emon yang dulu. Emon yang sekarang karakternya bukan lagi Laora, tapi laki-laki tulen. Emon yang sekarang mempunyai predikat yang serem yaitu Predator Seksuil Anak-Anak. Korbannya yang melapor sudah mencapai 110 anak. Marilah kita beristighfar...

Kita pasti masih ingat tentang Robot Gedek. Meskipun jumlah korbannya tidak sebanyak korbannya Si Emon, tapi kesadisannya melebihi Si Emon. Saya tidak tega untuk menuliskannya disini, silahkan cari tahu di mesin-mesin pencari.

Saya yakin semua orang tua seluruh Indonesia, termasuk saya, akan miris dan geregetan apabila mengikuti berita-berita tentang predator seksuil anak-anak. Pelakunya dari kalangan elit sampai non elit, agamawan sampai abangan. Korbannya bisa anak laki-laki, bisa juga anak perempuan.

Saya turut prihatin dengan para korban. Semoga ada penanganan serius dan tuntas terhadap seluruh korban para predator ini.

Semoga nantinya Presiden yang baru mau memperhatikan hal ini, sementara menunggu Presiden yang baru, saya berdoa semoga Gusti Allah mengutus malaikat seperti malaikat yang pernah diutus kepada Nabi Luth untuk menghancurkan para predator-predator seksuil di Indonesia. Aamiin.

Saya Arif Wibowo, salam mbote..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun