Mohon tunggu...
Arif Wibowo
Arif Wibowo Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di DJP.

ASN di DJP yang belajar menuliskan hal receh dan konyol sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pak Kyai pun mBayar pajek kok…

17 Desember 2012   23:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:27 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia adalah mahluk yang unik. Tiap orang mempunyai karakter yang berbeda-beda. Ada yang lemah lembut, ada yang temperamen, ada yang meledak-ledak, dan sebagainya. Bahkan dalam satu keluargapun, karakternya tidak sama.

Demikian juga dengan Wajib Pajak. Pastilah ada banyak ragam karakter dari Wajib Pajak. Untuk menghadapi Wajib Pajak yang beragam tersebut dibutuhkan teknik komunikasi tingkat tinggi dari para petugas pajak.

Suatu ketika ada seorang teman yang bertugas sebagai Juru Sita Pajak Negara ( JSPN )., menyampaikan Surat Tegoran kepada seorang Wajib Pajak di daerah timur dari Jawa Timur.

Surat Tegoran adalah salah satu proses tindakan penagihan pajak, dimana Surat Tegoran tersebut mengingatkan kepada Wajib Pajak akan kewajibannya untuk segera melunasi utang pajaknya. Apabila sampai batas waktu yang ditentukan, Wajib Pajak belum melunasinya akan dilanjutkan dengan Sita dan Lelang.

Bertemulah petugas JSPN tersebut dengan Wajib Pajak. Dengan tutur bahasa yang  sopan diutarakanlah maksud kedatangannya. Dijelaskan bahwa Wajib Pajak masih mempunyai utang pajak sebesar sekian rupiah.

Kebetulan Wajib Pajak tersebut mempunyai temperamen yang keras, khas orang Madura.

Menurut pengertian Wajib Pajak, selam ini dia tidak pernah menerima pinjaman uang dari kantor pajak. Berarti dia gak pernah punya utang dengan kantor pajak, kok bisanya dikatakan mempunyai utang pajak…

Puyeng juga teman JSPN mendengar argument Wajib Pajak tersebut.

Wajib Pajak juga bercerita bahwa dia punya ijin kepemilikan senjata tajam.

Tambah keder aja si JSPN mendengar cerita tersebut. Secara halus makna yang tersirat adalah “Ngan jangan cem macem sampeyan!!!”

Antara bingung dan takut bercampur menjadi satu, itulah perasaan teman JSPN tadi.

Dengan mengumpulkan sisa-sisa keberanian dan ilmu komunikasi yang pas-pas an dia berkata, “We come in peace”..

[caption id="attachment_222319" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi "][/caption]

“ Saya kesini untuk melaksanakan tugas Negara, mengumpulkan uang pajak yang akan digunakan untuk kemaslahatan ummat”..

Dengan sedikit berbusa-busa, teman JSPN tadi meladeni argument Wajib Pajak tersebut.

Singkat cerita, Wajib Pajak tersebut akhirnya mau membayar utang pajaknya, meskipun dengan diangsur.

Iseng-iseng saya tanya ke si JSPN tadi, apa rahasianya meluluh lantakkan hati Wajib Pajak tersebut ..

Kata si JSPN, “ Saya katakan ke bapak itu, Gus Dur juga mbayar pajek kok pak”…

( cerita tersebut adaptasi dari cerita nya temannya teman saya…)

Saya Arif Wibowo, selamat pagi…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun