Mohon tunggu...
Arif Wibowo
Arif Wibowo Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di DJP.

ASN di DJP yang belajar menuliskan hal receh dan konyol sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(FKK) Kali Ngingas

13 Juni 2014   16:32 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:55 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Arif Wibowo

Nomor : 62

“Tun, siapa yang kalap?”

“Kurang tahu To, ayo ke sebelah utara dekat kuburan saja,” ajak saya.

Sore itu orang-orang pada berkerumun di pinggir kali Ngingas, kali yang membelah kampung Laweyan menjadi dua, lor kali dan kidul kali. Mereka pada ingin memastikan nasib anak yang kalap di kali Ngingas tersebut.

Kali Ngingas ini arusnya tidak terlalu deras malah condong ke tenang, tapi sudah beberapa kali memakan korban. Tiga minggu yang lalu kawan saya SD yang rumahnya kidul kali, kalap ketika lagi berenang bersama adiknya. Mayatnya sampai sekarang belum diketemukan. Kabar yang beredar, di kali tersebut ada pusaran yang tidak terlihat. Kalau sudah masuk pusaran tersebut,alamat tidak akan selamat.

Saya dan Broto berlari kecil menuju kuburan yang berada diatas kali Ngingas. Dari lokasi tersebut kita dapat melihat ada lima bapak-bapak yang sedang berupaya mencari anak yang kalap. Ada yang duduk bersila, diam, mulutnya terlihat komat-kamit. Beberapa ada yang menyelam ke dasar sungai tanpa peralatan selam.

Tiba-tiba salah seorang penyelam muncul ke permukaan. Wajahnya pucat, gerakannya tidak karuan. Dipinggangnya melilit seekor ular phiton.

“Tolong pak...tolongg......ularrrr.....”

Gemparlah suasana di pinggir kali Ngingas, sore itu. Orang – orang semburat berlarian saling menyelamatkan diri sendiri.

Byurrrr....

Terlihat seorang laki-laki meloncat ke kali. Dengan cepat dia berenang mendekati bapak yang dililit ular phiton itu. Dipegangnya kepala ular phiton itu dengan kuat, dimasukkannya kepala ular tersebut ke dalam sungai. Ekor ular itu bergerak kesana kemari, sedikit demi sedikit lilitannya pun mulai mengendor. Beberapa orang ikut membantu melepaskan bapak tersebut dari lilitan ular. Akhirnya bapak itu pun lepas dari lilitan ular phiton itu.

“Woiii pegang ekornya......tarik ke pinggir.” Teriak laki-laki itu sambil tetap memegang kepala ular phiton tersebut.

Empat orang bapak-bapak membantu menarik ekor dan badan ular itu ke pinggir sungai. Nafas laki-laki yang memegang kepala ular itu terdengar naik turun.

“Ular ini sepertinya habis makan kambing, soalnya gerakan dan lilitannya tidak terlalu kuat,”

“Ya syukurlah, kalau tadi pas lapar matilah saya.”

“Eh lihat perutnya! sepertinya ini bukan bentuk kambing .”

Dirabanya perut ular phiton tersebut dengan kedua tangannya.

“Bundar, seperti batok kelapa .”

Diturunkannya kedua tangannya.

“Mosok ular ini makan beras sekarung penuh sih, ular yang aneh”

“Eits!!..sebentar, ada kayu di kanan kiri karung ini”

“Innalillahi!!....jangan-jangan....”

Keterangan :

Kalap: hanyut

Kali: sungai

Lor Kali : utara sungai

Kidul Kali : selatan sungai

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community :http://www.kompasiana.com/androgini

Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community(link https://www.facebook.com/groups/175201439229892/)

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akunFiksiana Communitydengan judul :Inilah Hasil Karya Peserta Event Fiksi Kota Kelahiran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun