Memuakkan, menjijikkan, memalukan……! Entah kata apa yang pantas diucapkan untuk segerombolan manusia di senayan sana…jika seandainya mengumpat itu boleh,sopan, halal, baik dan dianggap mewakili rasa cinta tanah air atau jika umpatan itu tidak merusak hati, maka tulisan ini akan berisi umpatan dari versi sabang sampai merauke. Petimbangan lain untuk tidak mengumpat karena saya menyayangi hati saya sehingga tidak mau mencederai hati sendiri untuk megekspresikan kebejatan dan kerusakan mereka.
Apa yang ada di benak anda jika disebut “anggota dewan yang terhormat”? image dan persepsi apa yang muncul tentang mereka? kalau anda menganggap wakil rakyat, pembuat UUD, pembuat kebijakan, memikirkan rakyat, mendahulukan kepentingan rakyat, berpikir mensejahterakan rakyat, maka anda telah SALAH BESAR..! yang ada, mereka adalah lebih banyak memproduksi kebejatan daripada kebijakan. Korupsi, manipulasi proyek, manipulasi anggaran, foya2, plesiran ke luar negeri, hedonism, video mesum, premanisme dan entah kebejatan apalagi yang menjadi produk mereka. saya tidak mengerti julukan “terhormat” itu datang dari mana dan siapa yang membuat julukan itu sehingga menjadi lengkap “anggota Dewan yang Terhormat”. Menurut saya, dengan produk2 “kebejatan” perilaku tersebut, mereka tidak pantas disebut terhormat karena perilaku mereka jauh dari menjaga kehormatan dan martabat. Maka yang lebih pantas sebutan buat mereka menjadi “ ANGGOTA HEWAN YANG TERL****T”…
“Kondom Bekas Pakai Berserakan di Ruang Kerja DPR” kemudian judul lain “Kondom Bekas Dibahas di Rapat DPR” ini berasal dari headline berita online nasional terkemuka di Indonesia. Sekarang apa yang anda pikirkan? Masihkah kita percaya mereka akan menghasilkan produk2 kebijakan yang berpihak ke rakyat ? berita ini melengkapi topik2 lain yang selalu trend yang dilakukan mereka seperti korupsi dan jalan2 keluar negeri. Sudah tentu, berita ini menimbulkan protes bagi anggota yang lain. Seorang anggota hewan perempuan menyayangkan tersebarnya berita tersebut yang kita tau dia adalah seorang artis yang sudah terbiasa berpakaian seksi dan menggunakan rok mini yang se-mini pikirannya. Komentar bernada protespun muncul ketika ada wacana pelarangan rok mini di Senayan. Itu juga menunjukkan bahwa sepertinya selama ini di “Taman Safari Senayan” lebih banyak pamer bodi daripada misi, lebih banyak mengumbar nafsu daripada mengesahkan perpu, lebih banyak mengumbar syahwat daripada mengurus rakyat.
Bagaimana mereka mau menghasilkan pemikiran2 yang jernih jika isi pikirnya tidak jernih atau mungkin malah jarang berpikir. Dari kasus kondom itu kita juga bisa menilai bahwa tubuh bagian bawah sepertinya lebih sering digunakan daripada bagian atas. Sementara di sisi lain, jikapun mereka harus berpikir orang lain, maka rakyat bukanlah prioritas karena partai adalah “tuhan” mereka disamping “tuhan” lain yaitu kepentingan. Jika kita berpikir jernih, pertanyaan sederhana seperti bagaimana partai bisa membuat kantor pusat/cabang di seluruh Indonesia yang menghabiskan puluhan bahkan ratusan milyar? Darimana dana oparasional mereka untuk memobilisasi kadernya untuk rapat nasional di hotel2 mewah? Apakah Tuhan melalui malaikat-Nya begitu tidak adil sehingga memberi uang cuma2 kepada mereka? atau ada orang yang begitu dermawan sehingga menyumbangkan uangnya membiayai semua itu? Maka yang terjadi adalah “Anggota Hewan” lah salah satu mesin uang untuk membiayai semua itu. Maka segala produk kebijakan dari sector migas dan non migas wajar jika berpihak ke mereka. nah sekarang apakah kita masih berpikir “menaikkan BBM” itu menyelamatkan Negara? Memikirkan rakyat kecil? Mereka digaji sampai 700 juta/tahun (itu yang terlihat) belum komisi, uang plesiran, proyek dll…sementara dengan senaknya menetapkan standart kemiskinan tidak sampai Rp. 300rb/bulan. Membuat ruang rapat, wc yang berbiaya puluhan milyar sementara begitu banyak sekolah yang hampir ambruk. Tragedi Kondom bukan hal sepele. Harga kondom memang tidak mahal, tapi biaya “sampingan dan kedepan” pemanfaatan kondom bisa tak terhitung nilai uangnya. Belum bicara moral, integritas, tanggung jawab, produktifitas dan kreatifitas yang hilang selama memakai kondom.
Maka sekumpulan “HEWAN PERWAKILAN RAKYAT di TAMAN SAFARI SENAYAN” lah sepertinya sumber carut marut bangsa ini…jadi kepada siapa kita harus mengharapkan kebijakan yang sesungguhnya? Ada yang bisa membantu menjawab?
Wassalam
Arif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H