Mohon tunggu...
Arif Rahman Hakim
Arif Rahman Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Biasa-biasa saja

Lelaki kelahiran Pati Jawa Tengah suka memancing, sesekali membaca buku dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Omnibus Law UU Cipta Kerja dan Masa Depan Alam

9 Oktober 2020   17:50 Diperbarui: 9 Oktober 2020   18:01 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

" Mereka yang demo menentang Omnibus Law UU Cipta Kerja memangnya sudah baca isinya," lalu diikuti komentar miring "ah paling mereka bayaran, sudah disetting dll. "

Begitulah kalimat yang nyaris gencar diungkapkan oleh mereka yang pro dan para bazer pemerintah.

Juga salah satu logika yang selalu disuarakan oleh mereka jika banyak investor menanam saham di Indonesia maka akan banyak berdiri perusahaan. Jika sudah begitu akan bisa menyerap banyak tenaga kerja. Alias bakal mengurangi angka pengagguran. Rakyat sejahtera.

Terlepas dari pandangan mereka yang pro,
Omnibus Law UU Cipta Kerja yang diajukan pemerintah dan diputuskan oleh DPR secara tergesa di tengah pandemi, mengundang banyak penolakan. Kenapa begitu?

Sebagai rakyat yang awam soal hukum, melihat persoalan ini tentu;

Pertama saya lebih cenderung mendengar suara ormas terbesar di Indonesia yaitu PBNU dan PP Muhammadiyah.

Kedua organisasi ini memiliki sejarah panjang dalam keberpihakannya terhadap keberlangsungan hidup berbangsa  dan bernegara. Sejarah menunjukkan begitu jelas bahwa kedua ormas terbesar tersebut karyanya ada disegala penjuru arah mata angin, jelas sumbangsihnya untuk masyarakat dan negara.

Kalau kedua ormas terbesar ini secara tegas menolak berarti ada banyak hal yang tidak beres dengan produk UU tersebut.

Kedua, gelombang penolakan itu datang tidak hanya dari kaum buruh. Namun juga dari kalangan petani, intelektual, mahasiswa, pelajar, LSM, aktivis lingkungan dan pencinta alam.

Artinya Omnibus Law UU Cipta Kerja tampak terang mengabaikan banyak kepentingan di tengah masyarakat luas. Lebih khusus tentang masa depan alam. Seperti kerusakan alam akibat banyak pabrik berdiri. Banyak mereka yang tutup mata terhadap nasib kelestarian alam dan ekosistem mahluk hidup.

Contoh kecil saja di kampung halamanku Pati Jateng, limbah pabrik tebu dan tapioka daya rusaknya terhadap lingkungan terus berlangsung hingga kini. Belum lagi pabrik semen dan eksploitasi alam lain yang edan-edanan.
Tentu dalam hal ini petani banyak yang dirugikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun