Mohon tunggu...
arif maulana saleh
arif maulana saleh Mohon Tunggu... -

thinking-reading-writing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Whatever The Girl Do...

18 September 2010   08:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:09 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak The Enlightenment [Era Pencerahan] di Eropa, Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet bersemangat terhadap pemikiran yang disebut dengan Feminisme, catatan sejarah mulai dari revolusi prancis, ataupun seorang bernama charles seorang aktivis sosialis utopis yang menjadi sumber kelahiran pernyataan "Perempuan sebagai subyek" sebagai gerakan feminisme di amerika gelombang pertama, sampai lahirnya Kartini di negeri ini sebagai penerus gerakan feminisme. Apapun itu maksud dari para feminis, feminisme diperjuangkan sebagai sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Saat istirahat di sebuah rumah makan daerah Limbangan kabupaten Garut, seorang wanita muda umur kepala 30-an membuat saya tertarik duduk di dekatnya, wajahnya biasa saja. Hanya pandangan saya selalu tertuju pada baju yang dikenakannya begitu urakan, warna merah mencolok dengan bling-bling tulisan rangkaian kata-perkata berjejer dari atas ke bawah dengan warna silver mengkilap keperakan. Sepertinya desainer baju itu sengaja membuat tulisan "what-ever-the-girl-do" sebagai pusat perhatian. Rasa ingin tahu apakah wanita itu benar-benar tahu arti tulisan berbahasa inggris itu, saya bertanya iseng! Tepat di depan meja saya, wanita itu duduk bersama tiga orang gadis umur belasan dengan pakaian norak juga dan seorang lelaki yang sedang menyuapin anaknya berumur kira-kira 6 tahun. "Pa....pedessss", begitulah anak itu protes ketika bapanya lupa sambelnya menyatu dengan nasi yang disuapkan ke anaknya itu. Hanya dengan menanyakan kota yang akan mereka tuju, wanita itu dengan tidak sungkan bercerita banyak tentang perantauannya hampir 3 tahun di kota Bekasi, bagian timur. 5 tahun yang lalu dia merantau ke Bekasi sebagai buruh pabrik. Hanya kurang 6 bulan dia bertemu jodoh pria sesama buruh yang asli kota Bekasi, penduduk sekitar pabrik. Kembali lagi ke kampung di Cilacap karena harus melahirkan dan selama 2 tahun harus menyusui anaknya. Karena suaminya kena PHK dan pabriknya hanya menerima buruh kontrak para wanita, dengan alasan ekonomi wanita itu kembali merantau ke Bekasi untuk kembali menjadi buruh pabrik sedangkan suaminya bertukar datang ke kampung halaman istrinya untuk mengurus anak laki-laki satu-satunya sambil menjaga warung kecil jualan ikan asin, meneruskan usaha yang dirintis oleh istrinya tersebut. Hanya 3 bulan kerja, wanita itu tidak meneruskan kontraknya sebagai buruh pabrik, dia memutuskan untuk membuat usaha warung nasi di rumah mertuanya, di gang sempit khas kota urban-bekasi. Dan sekarang setelah 3 tahun, warung makan tersebut sudah berkembang dan memperkerjakan beberapa personil. Makanya adiknya yang perempuan dan sodara perempuan sepupunya yang baru tamat dari SMA, diajak merantau dan sekarang bagian suaminya yang diminta kembali ke Bekasi untuk membantu usaha warung makan yang rencananya menyediakan katering sebagai perluasan usahanya, kebetulan beberapa bulan kedepan anak laki-lakinya sudah masuk masa sekolah tingkat dasar. Karena supir sudah selesai mengenyangkan perutnya dan memberikan sinyal bersiap melanjutkan perjalanan menuju Bandung, saya langsung beranjak pamit pergi duluan. Untuk menuntaskan ke-isengan saya, saya melontarkan pertanyaan ke wanita itu gerangan apa arti tulisan di baju itu, wanita itu pun dengan iseng pula menjawab: "akh...aku ngga ngerti inggris, paling taunya kata 'girl' yang artinya gadis". Setidaknya wanita itu telah iseng menyebut dirinya gadis padahal sudah bersuami dan beranak satu, ...whatever! Walau dengan latar belakang alasan ekonomi sekalipun, seorang wanita masih bisa menunjukan dominasi kekuatannya sebagai seorang feminis. Dan seorang wanita bersuami masih bisa menjadi dirinya sendiri, selama selalu menghargai pria yang mempunyai peranan sebagai seorang suami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun