Takkan ada satupun yang dapat membuatku mabuk dan semakin mabuk melainkan melihat senyumanmu itu. tiada satu cahaya pun yang dapat membuat tatapan mata ini menipis sayu melainkan terkena terpaan cemerlangnya sinar indah sepasang matamu itu. engkau kekasihku... telah tahu kah engkau disitu... aku adalah korbanmu... adalah korban keindahan parasmu... adalah korban kecantikan hatimu....
Engkau dalam hatiku laksana senandung gitanya para burung-burung kecil diatas pucuk cemara diawal pagi hari. laksana air mata dedaunan dibawah terpaan cahaya fajar ini. laksana bunga-bunga kenanga ditengah musim semi yang indah jua manis. engkau satu periku yang buatku tak sadarkan diri tuk menjulurkan kedua tanganku ini menadah kelangit. lalu berucap mantap tentang sebuah doa keinginan hati tuk jadikanmu peri abadiku penetap dunia hatiku hingga nanti. engkau kucintai hingga akhir nanti kulupa akan dunia disana jua disini.
Setia lah engkau kasih demi cinta kita ini. tetap lah engkau jadi pemupuk kekuranganku hingga berbuah keindahan tuk kita bersama. cintailah cinta kita apa adanya jua semampu kita bersama. disini tak kukurangi jua kulebihkan segenap rasa dihati. kucintaimu seiring segenap rasa antarhati kita yang takkan terputus dan yang akan tetap terjalin dalam satu ketulusan kinasih yang kita miliki.
Peri abadiku... kucintaimu penuh disejalan langkahku mengikuti napas hati ini. dan engkau lah napas hatiku ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H