Sebuah perdebatan yang masih terus berlangsung dalam pendidikan menyangkut isu pendidikan dua bahasa (bilingualisme) (Padilla, 2006). Apakah cara terbaik untuk sekolah-sekolah di Amarika Serikat untuk memberikan pendiidkan bagi anak-anak Amerika Serikat yang datang dari negara-negara dimana Bahasa Inggris bukan merupakan bahasa utama?
Selama dua dasawarsa terakhir, startegi yang diutamakan adalah pendidikan dua bahasa yangvmengajrakn pelajaran akdemik kepada imigran dalam bahasa asli mereka sambil secara bertahap mengajarkan bahasa Inggris (Diaz-Rico, 2008; Echevaria, Vogt, & Short, 2008; Ovando Combs, & Collierm 2006). Para pendukung program pendidikan dua bahasa berpendapat bahwa apabila anak-anak tidak memahami Inggris diajarkan hanya dalam bahasa Inggris, maka mereka akan mengalami ketertinggalan dalam bahasan bahasan akademik. Menurut mereka bagaimana seseorang anak usia 7 tahun belajar proses aritmatika atau sejarah yang diajarkan dalam bahasa Inggris bisa mereka tidak bicara dalam bahasa Inggris?
Banyak sekolah hanya mnyediakan dua bahasa selama satu tahun (Hakuta, Butler, dan Witt, 2000). Program dua bahasa berjangka pendek ini menjadi target kritik, karena biasanya mengambil anak imigran berusia 3-5 tahun untuk mengembangkan kelancaran berbahasa dan 7 tahun untuk mengembangkan kefasihan dalam Bahasa Inggris. Lebih jauh, anak-anak imigran ini bervariasi dalam kemampuan mereka belajar Bahasa Inggris (Diaz-Rico, 2008; Lessow-Hurley 2005).
Anak-anak yang berasl dari latar belakang sosio-ekonomi yang lebih rendah cenderung menemui lebih banyak kesuliatn dibandingkan dengan mereka yang berasal dari latar belakang sosio-ekonomi tinggi (Hakuta, 2001). Karena itu, terutama untuk anak-anak imigran dari latar belakang sosio-ekonomi rendah, pendidikan dua bahasa yang lebih panjang mungkin dibutuhkan dari apa yang mereka terima saat ini.
Di sisi lain dari perdebatan ini terdapat sejumlah penentang pendidikan dua bahasa. Mereka berpendapat bahwa, hasil dari program ini, anak-anak imigran tidak belajar Bahasa Inggris dan karenanya tertinggal dan terus merasakan ketidak beruntungan secara permanen dalam masyarakat Amerika Serikat. Calivornia, Arizona, dan Massachusatts telah mengurangi program pendidikan dua bahasa secara signifikan. Beberapa negara bagian ters melanjutkan pendidikan dua bahasa mereka, namun memberi mandat bahwa skor yang dilaporkan dipisahkan untuk ELL (English Language Learner – siswa-siswa yang bahasa utamanya bukan bahasa Inggris) dalam program pengukuran No Child Left Behind yang memberi penekanan pada kemampuan baca-tulis pada bahasa Inggris (Rivera & Collum, 2006; Snow & Yang, 2006).
Apa yang telah ditemukan oleh para peneliti terkait dengan hasil pendidikan dua bahasa? Manarik kesimpulan menganai efektivitas pendidikan dua bahasa sulit karena variasi antara program dalam hal lama pelaksanaan program, jenis instruksi, kualitas dari sekolah yang tidak menjalankan pendidikan dua bahasa, guru-guru, anak-anak dan faktor lainnya.
Lebih lanjut, hingga saat ini tidak ada eksperimen yang dilakukan untuk membandingkan pendidikan dua bahasa dalam pendidikan dalam bahasa Inggris sebagai bahasa tunggal di Amerika Serikat (Snow & Yang, 2006). Beberapa ahli telah menyimpulkan bahwa kualitas pemberian instruksi lebih penting dalam menentukan hasil akhir dibandingkan dengan bahasa yang digunakan dalam penyampaian mater (Lesaux & Siegel, 2003).
Laporan penelitian mendukung pendidikan dua bahasa dalam hal (1) anak-anak memiliki kasulitan memahami sebuah materi bila diajarkan dalam bahasa yang mereka tidak pahami, dan (2) ketika dua bahasa diintegrasikan dalam ruang kelas, anak-anak belajar bahasa kedua dengan lebih siap dan berpartisipasi dengan lebih aktif (Gonzales, Yawkey, & Minaya-Rowe, 2006; Hakuta 2001, 2005). Bagaimanapun juga, dukungan untuk pendidikan dua bahasa tidak terlalu kuat berdasarkan hasil penelitian, dan beberapa pendukung pendidikan dua bahasa sekarangmenyadari bahwa penyampaian materi dalam bahasa Inggris saja dapat menghasilkan dampak yang positif bagi para pembelajar bahasa Inggris (Lesaux & Siegel, 2003; Snow & Yang, 2006).
Â
REFRENSI : King, Laura A. (2010). PSIKOLOGI UMUM Sebuah Pandangan Apresiatif. Salemba Humanika: Jakarta. Hal. 49
Â