Mohon tunggu...
Arif Gemuri
Arif Gemuri Mohon Tunggu... -

Dunia Kesehatan Dunia Cita Dan Asa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kalau Penjual Jamu Gendong Menggendong Profesi Lain, Siapa yang Disalahkan?

14 Juni 2014   11:04 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:47 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebenarnya wawancara ini saya lakukan satu minggu yang lalu dengan salah seorang penjual jamu yang sering lewat di depan rumah, sambil menunggu pesanan sempat cerita-cerita dengan mbak yang jual jamu, saya sering panggil dia mbak, walaupun sudah berumur lebih kurang 45 an, malah di senang di panggil mbak, mungkin dia merasa agak lebih muda. :D

Pada inti pembicaraanya, saya menanyakan tentang pendapatan dari penjualan jamu keseharian, mbak jamu sempat terdiam sejenak, lalu mbak jamu mengatakan pendapatannya mulai sajuh berkurang dalam tahun ini. Lalu dengan rasa hiba saya langsung bertanya lagi kenapa masyarakat kurang berminat meminum jamu? Mbak jamu menjawab: mungkin orang-orang lebih suka meminum jamu asil olahan pabrik yang di kemas semenarik mungkin dan di jual di apotik.

Dari tuturan mbak jamu tsb, wajar memang pendapatan harian para penjual jamu gendong mulai menurun, karena peminat minum jamu gendong mulai berkurang, kekuatiran saya untuk beberapa tahun kedepan, kalau semakin hari peminat jamu terus  berkurang , maka bisa jadi tidak adalagi penjual jamu gendong, karena penjual jamu gendong mengambil propesi lain untuk menghidupi keluarganya.

Kalau penjualan jamu sudah tidak ada, mungkin anak cucu kita nanti hanya belajar sejarah tentang jamu gendong adalah obat tradisional yang pernah ada di indonesia. Waaaah jangan sampai lah.

Sangat miris memang, kalau seandainya tidak adalagi penjualan jamu gendong, karena ini merupakan ciri khas dari indonesia terutama penduduk jawa, harusnya obat-obatan jamu gendong harus di kembangkan untuk menjaga budaya indonesia. Budaya yang turun temurun dari nenek moyang kita dahulu.

Sebagai masyarakat yang berbudaya, mencintai budaya, mari saling menjaga budaya kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun