Mohon tunggu...
Moh ArifBudiman
Moh ArifBudiman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa STIKOM Yogyakarta

Seorang Mahasiswa dari STIKOM Yogyakarta Jurusan S1 Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi Manajemen Produksi Siaran.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Surat Kabar Medan Prijaji: Kontribusi Pers Dalam Meraih Kemerdekaan NKRI

6 November 2023   00:59 Diperbarui: 6 November 2023   01:33 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam perjalanan panjang menuju kemerdekaan, pers di Indonesia menjadi kunci dalam menuju kebebasan. Pers bukan hanya sekedar media yang menyampaikan pesan saja, melainkan adalah sebuah kekuatan untuk membentuk opini publik, membangkitkan semangat nasionalisme, dan menggugah kesadaran masyarakat. Para wartawan dan penulis pers pada masa itu tidak hanya sekedar melaporkan berita, tetapi mereka juga menjadi arsitek dalam perubahan sosial. Mereka menuliskan narasi-narasi perjuangan, dan menyuarakan aspirasi rakyat Indonesia yang haus akan keadilan.

Perkembangan pers berbahasa pribumi memang sudah ada pada pertengahan abad ke-19 namun ketika dilihat pada tujuannya, surat kabar berbahasa pribumi saat ini lebih berorientasi pada perdagangan, kristenisasi dan budaya. Sistem kepemilikan dan percetakannya masih dikuasai oleh orang-orang Eropa. Keterlibatan bangsa pribumi atau Indo dalam persuratkabaran belum terlihat pada masa ini, dari orientasi yang dapat dilihat dari semua terbitan pers berbahasa pribumi pada masa ini belum ada surat kabar yang berorientasi politik yang membela kepentingan bangsa pribumi. (Asep Halimi, 2016: 22)

Sampai pada akhirnya muncul surat kabar Medan Prijaji (EYD: Medan Priyayi) yang terbit di Bandung pada 1 Januari 1907. Didirikan oleh Tirto Adhi Soerjo dan dikenal sebagai surat kabar nasional pertama karena menggunakan bahasa Melayu (bahasa Indonesia). Surat kabar ini termasuk dalam surat kabar politik, terlihat dari semboyannya "swara oentoeq sekalian radja-radja bangsawan asali, bangsawan pikiran, prijaji-prijaji dan kaoem moeda dari bangsa priboemi serta bangsa jang di persamahkan dengannja di seloeroeh Hindia-Olanda". Pendirian surat kabar tersebut juga dibangun dengan bantuan H.M. Arsad dan pangeran Oetsman, terbit setiap hari sabtu sebagai mingguan kemudian beralih menjadi harian pada pertengahan tahun 1910-1912 sebagai pelopor pers Nasional yang kemudian dengan gencarnya menyuarakan keadilan untuk kaum pribumi.

Sebagai sebuah media, Medan Prijaji memainkan sebuah peran penting pada masanya dengan menjadi media yang berpolitik, Medan Prijaji menggeliat sebagai alat propaganda yang menyebarkan kesadaran tentang konsep "bangsa", sebuah konsep kebangsaan yang dipaparkan Tirto menggunakan bahasa yang sederhana dengan membedakan antara bangsa yang "terprentah" dengan bangsa yang "merentah". (R.M. Joko Prawoto Mulyadi, 2011: 52)

Hadirnya Medan Prijaji menjadi penyemangat bagi para pemuda terpelajar pribumi di era pergerakan untuk mengikuti jejak langkahnya. Karena hal tersebut para sarjana pribumi kemudian membentuk organisasi-organisasi seperti: Budi Utomo, Sarekat Islam, Indische Partij dan lainnya yang menggunakan media pers sebagai corong untuk kemajuan serta sebagai sarana transformasi berpolitik bagi masyarakat pribumi.

Sebagai pelopor pers nasional, Medan Prijaji mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi lahirnya kesadaran nasional. Organisasi pergerakan dan pers menjadi dua bagian penting yang tidak dapat terpisahkan, kehadirannya mempu menjadi sarana yang efektif dalam menciptakan kesatuan dan persatuan masyarakat pribumi. (Asep Halimi, 2016: 34)

Lewat tulisan-tulisannya di Medan Prijaji, Tirto Adhi Soerjo tak pernah berbasa basi namun menunjuk muka langsung. Hampir tak ada satupun kebijakan pemerintahan kolonial yang memberatkan rakyat lolos dari pemberitaan Medan Prijaji. Tahun 1909-1911 menjadi tahun puncak dari kejayaan Medan Prijaji dalam membongkar skandal para pejabat dan pemerintahan.

Salah satu kesuksesan Medan Prijaji adalah saat Tirto Adhi Soerjo berhasil membongkar kasus terkenal mengenai skandal politik pemerintah Hindia Belanda. Saat itu seorang Aspiran Controlir A. Simon telah bersekongkol dengan Wedana dalam mengangkat seorang lurah untuk Desa Bapangan tanpa dukungan warga. Sementara kandidat pertama yang mendapat dukungan ditangkap serta dikenai hukuman kerakal. Melihat hal tersebut Tirto Adhi Soerjo terbakar amarahnya karena melihat penyalahgunaan wewenang kemudian menyebut pejabat tersebut sebagai "monyet ingusan".

Suara-suara yang termuat dalam terbitan Medan Prijaji memang tidak bisa dipisahkan dari tajamnya pena pemimpin redaksinya yaitu Tirto Adhi Soerjo, sikapnya yang berani dan tegas dalam menyuarakan keadilan menjadi pembeda bagi Medan Prijaji dengan terbitan surat kabar yang lain pada permulaan abad ke-20. (Asep Halimi, 2016: 94)

Dalam kesimpulannya, surat kabar Medan Prijaji adalah simbol keberanian dan ketekunan pers Indonesia dalam meraih kemerdekaan NKRI. Melalui tinta dan kertas, para wartawan dan penulis surat kabar ini tidak hanya sekedar menyampaikan berita, tetapi juga membangun semangat kebangsaan, merangkul perbedaan, dan memperkuat persatuan. Kontribusinya tidak terbatas hanya pada penyampaian fakta, namun juga terletak pada keberanian mereka menghadapi resiko, mengungkap kebenaran, dan mengajak rakyat pribumi untuk Bersatu dalam perjuangan menuju kemerdekaan. Surat kabar Medan Prijaji yang dipimpin oleh Tirto Adhi Soerjo telah menorehkan sejarah penting dalam perkembangan pers nasional, memberikan inspirasi bagi generasi masa kini, dan mengajarkan kita semua bahwa ketuatan dari kata-kata mampu mengguncang tirani, membuka mata masyarakat, serta membentuk pondasi yang kokoh bagi bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun