SEMANGAT PAGI REKAN-REKAN
Salam sehat salam sukses dunia akhirat
Sedikit berbagi dari pengalaman pribadi saya sendiri, sebelum saya sapat ilmu dari pak joe hartanto dan mas dimas ternak properti, saya berinvestasi properti hanya secara konvensional, yaitu menabung lalu setelah cukup untuk membeli tanah. Awal rumah utama yang saat ini saya dan keluarga tempati, itu saya beli dengan sistem KPR, ternyata setelah tahu ilmunya ternyata KPR itu sangat menyiksa karena begitu banyaknya uang yang disedekahkan untuk bank apalagi di awal masa cicilan. Setelah jalan sekitar 10tahun, saya coba iseng tanya ke cs bank, ternyata memang benar bahwa nilai sisa pokok hutang masih banyak, padahal nilai total setoran cicilan saya sudah lumayan besar, ternyata selisihnya itulah yang dinamakan bunga bank atau margin kalau di bank syariah.
Saat itu saya dan istri memutuskan untuk meminjam uang mertu untuk melunasi sisa pokok hutang kpr rumah, setelah KPR lunas pikiran menjadi lega dan kami fokus menabung untuk membeli tanah kavling. Pelajaran selanjutnya ternyata saya juga baru tahu bahwa kavling yang saya beli memang sudah SHM namun belum bisa dimanfaatkan karena masih berwujud tambak, sekarrang proses pecah sertifikat dan masih juga harus diurug agar bisa dimanfaatkan.Â
Dari beberapa tulisan saya sebelumnya, saya sudah mulai bertindak atau take action, yaitu setiap jalan-jalan keluar rumah selalu mencatat nomor telepon jika ada penawaran properti, saya coba hubungi agar tahu berapa harga yang ditawarkan. Ada perubahan lumayan dalam hal mindset saya, awalnya pikiran selalu berkata, "waha ada properti dijual strategis, pasti mahal tuh harganya"
Pertama saya kaget ketika harga yang ditawarkan mencapii 30 milyar, 15 milyar, 7,5 milyar, tapi lama kelamaan harga properti itu menjadi familier dan pikiran tidak menjadi wah, ternyata its just a number. Berikutnya saya akan terus mencari properti hot deal, rumus 100:30:3:1 kayaknya memang benar, harus nyari minimal 100 properti yang dijual, paling cuma 3 yang hot deal, dan insyaAllah 1unit terbeli.
Kata guru-guru saya di atas, memang ketika memutuskan akan melangkan pasti akan menemui kendala/masalah, kita harus melakukan dua hal:
1. Mengubah masalah itu menjadi tantangan.;
Ketika saya menganggap sebuah masalah itu sebagai masalah, maka akan menurunkan kemampuan tubuh dan otak untuk berusaha, sebaliknya jika diubah menjadi tantangan, otomatis tubuh dan otak menjadi semakin semangat untuk menaklukkan tantangan tersebut.
2. Mengubah pertanyaan "kenapa?" menjadi "bagaimana?"
Pertanyaan "kenapa?" misal "kenapa hal ini bisa terjadi?" itu hanya akan membuat waktu kita terbuang percuma, akan selalu mencari alasan yang menyebabkan hal itu terjadi. Sebaliknya jika diubah menjadi "bagaimana agar bisa lebih baik?" maka tubuh dan otak akan mencari cara dan solusi untuk menjadi lebih baik. Misal ketika guru saya mencari properti di sekitar menteng-jakarta yang terkenal kawasan elit, dia sudah dua minggu berputar-putar mencari informasi namun belum menemukan properti yang dijual. Akhirnya dia tidak bertanya "kenapa?" tapi diubah menjadi "bagaimana agar mendapatkan informasi di sekitar menteng?" maka dia menemukan cara lain mendapatkan informasi yaitu melalui satpam komlek, tukang becak atau tukang parkir. Karena ternyata properti di kawasan menteng tersebut memang ada yang akan dijual namun tidak dengan cara terbuka melalui iklan karena harga yang fantastis.
Dari tulisan saya ini, dapat disimpulkan memang  hanya dengan hal sepele yaitu mengubah kata tanya akan dapat mengubah nasib kita. Namun semua teori hanya akan menjadi teori jika tidak dipraktikkan.