Mohon tunggu...
Arif Rifat
Arif Rifat Mohon Tunggu... Administrasi - nulis, nulis, nulis,

Bagiku, menulis bagaikan secangkir es cendol di tengah gersangnya gurun pasir

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Baju Lebaran, Media Promosi Status Sosial di Kampung Halaman

15 Mei 2019   14:57 Diperbarui: 15 Mei 2019   15:23 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sudah beli baju lebaran belum?"

jawabannya sih simpel aja. kalau ada uang, ya beli. kalau tidak ada uang,  ya "kredit". -Hehe-

Baju lebaran memang disiapkan untuk menyempurnakan ibadah di penghujung Ramadan dan melengkapi kesakralan hari kemenangan, hari Idul Fitri. tapi terlepas dari itu semua, baju lebaran juga merupakan simbol keberhasilan seseorang dalam hal karir. Aneh sih kedengarannya. tapi memang begitu adanya. Hal ini akan sangat dirasakan oleh mereka yang lama merantau di kampung orang. 

Begitu sampai di kampung halaman, hal yang akan menjadi pusat perhatian adalah "baju lebaran" nya. Bisa dibayangkan jika seseorang yang lama sekali tidak pernah nampak di kampung halaman, tiba-tiba muncul dengan performa yang kusut, kumal dan bau tak sedap. -alamaaak-. 

Maka tidak penting apa profesi seseorang di perantauan, yang penting mudik dengan gaya necis bahkan jika perlu mempelajari cara berpakaian influencer ternama di tanah air. Berbicara tentang kampung halaman, di daerah, kesuksesan seseorang sangat mudah dimanipulasi. punya satu atau dua produk fashion yang beda dengan warga pada umumnya, ya sudah dia otomatis dinobatkan sebagai orang berduit, apapun kesehariannya. 

Bagaimana dengan fungsi baju lebaran di kota? tidak jauh berbeda. Hanya saja yang diperbincangkan adalah brand dan dari mana ia mendapatkan barang yang digunakan saat lebaran. Sampai disini setidaknya kita harus mulai mengubah sedikit demi sedikit paradigma terhadap baju lebaran ini. 

Puasa hakikatnya adalah madrasah tempat seorang mukmin melatih kedisiplinannya dalam mengelola keinginan duniawi. Tidak elok rasanya perjuangan selama satu bulan dengan menahan haus, lapar, dan keinginan bersenggama dengan isteri harus diakhiri dengan ritual memamerkan status sosial kepada kerabat dan sanak keluarga. 

Cukuplan berpakaian dengan baik, rapi, suci dan terbaik dari yang kita miliki hanya untuk mendirikan shalat sunat, bukan wajib. Namun demikian, tidak salah juga membahagiakan keluarga dengan memberikan pakaian baik dan syar'i. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun