Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus mampu bersaing untuk memberikan pelayanan terbaik kepada murid. Kemampuan sekolah untuk memanfaatkan potensi serta mampu mewadainya merupakan kreatifitas sekolah untuk mengembangkan minat dan bakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa nya. Tidak melulu akademik, non akademik juga perlu ditampilkan dalam bentuk festival sekolah. Karena pada dasarnya, setiap murid memiliki kemampuan yang berbeda sesuai dengan passion nya. Festival sekolah inilah yang nantinya akan menjadi iconic masing-masing sekolah. Mengapa sekolah harus memiliki iconic?
Iconic menggambarkan sesuatu yang mudah diingat dan dikagumi oleh masyarakat, kecenderungan seseorang lebih mudah dituangkan dalam bentuk simbol (iconic). Iconic tidak melulu kata benda, melainkan juga kata sifat yang mana simbol juga diwujudkan dalam bentuk pesan yang mampu menggambarkan kepada masyarakat akan ke-unik-kan nya. Jika setiap sekolah sudah mampu memunculkan iconic nya, maka masyarakat akan lebih mudah memberi trademark sesuai dengan karakter sekolah dan membantu masyarakat untuk menentukan pilihan sekolah bagi anaknya sesuai dengan passion anak.
Saat ini, beberapa event festival tahunan yang ada di Indonesia seperti festival Jazz Gunung di Bromo, Festival Jember Fashion Carnaval (JFC), serta Tomohon International Flower Festival (TIFF) sukses digelar dan berhasil menggait penonton dalam setiap event nya. Selain itu juga terdapat hal yang menarik di Jepang, yaitu Bunkasai atau festival budaya. Festival ini biasa diselenggarakan setiap tahun oleh lembaga pendidikan mulai jenjang dasar hingga perguruan tinggi. “Pengadaan Bunkasai ini ditujukan sebagai sarana bagi para siswa untuk menunjukkan kemampuan dan kreatifitas mereka. Festival budaya ini juga dimaksudkan untuk menjadi acara yang menyenangkan, tetapi juga merupakan satu-satunya kesempatan setiap tahun bagi siswa untuk melihat seperti apa kehidupan di sekolah lain. Mereka juga dimaksudkan untuk memperkaya kehidupan masyarakat dengan meningkatkan interaksi sosial dan membina hubungan masyarakat” (https://jeducation.co.id/mengenal-bunkasai-festival-budaya-wajib-di-sekolahjepang/srsltid=AfmBOoqp8rfJHKYBKDxAGE9T3M5AHLNhQFY1vC0lAj3_h1LctvP0OkbE).
Festival sekolah merupakan sebuah konsep kegiatan yang bertujuan pada penciptaan nilai tambah pembelajaran melalui penyelenggaraan berbagai festival budaya, seni, musik, kuliner dan kegiatan lainnya. Diberbagai tempat festival telah menjadi event untuk mendongkrak popularitas, menurut penulis ini telah membuktikan bahwa dengan menyelenggarakan festival yang rutin mampu berdampak dalam bentuk soft power, seperti yang disampaikan Josep Nye seorang profesor dari Harvard University “Soft power is the ability to affect others to obtain the outcomes one wants through attraction and persuasion rather than coercion or payment” (https://www.hks.harvard.edu/publications/soft-power-and-public-diplomacy-revisited). Soft power memiliki kemampuan untuk mempengarhui orang lain untuk mendapatkan hasil yang diinginkan melalui ketertarikan dan persuasi, bukan paksaan atau pembayaran. Selain itu penyelenggaraan festival juga sebagai ajang promosi, membangun branding, dan memperkuat ke-khas-an dari sekolah.
Festival Sekolah Sebagai bagian yang memiliki potensi mampu untuk membranding popularitas sekolah dipandang sebagai bagian yang penting untuk diselenggarakan secara rutin. Festival sekolah juga memfasilitasi potensi minat dan bakat murid. Murid secara berkelompok akan menentukan penampilan apa yang akan dipertujukkan dalam festival sekolah. Untuk berpartisipasi dalam festival sekolah, selain tampilan yang akan dipertunjukkan, guru juga harus mampu mengedukasi bahwa event ini tidak harus berisi tentang kegiatan seni dan budaya, melainkan juga hasil dari interpretasi dalam pembelajaran melalui pendekatan deep learning. Menurut Abdul Mu’ti (Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah) “ deep learning bertujuan memberikan pengalaman belajar lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa”. Deep learning memilki tiga elemen utama, yaitu Mindfull Learning, Meaningfull Learning, dan Joyfull Learning
Lalu bagaimana guru membimbing siswa mengintegrasikan pendekatan deep learning dengan festival sekolah? Festival sekolah yang diadakan setiap akhir tahun pembelajaran lebih memudahkan bagi guru untuk menyampaikan kepada muridnya bahwa dalam berpartisipasi untuk festival sekolah tidak perlu keluar dari konteks pelajaran. Murid dibimbing untuk diberikan pilihan menentukan mata pelajaran apa yang dipilih dan tema apa yang akan ditampilkan dalam festival sekolah, lalu murid bermain peran (role play). Contoh dalam mata pelajaran IPA materi Tata Surya dan Peredaran nya, murid dibagi menjadi beberapa peran, ada yang menjadi matahari, bumi, bulan, lalu ada seseorang yang menjadi sutradara memandu proses peredaran tata surya, murid yang berperan sebagiai matahari, bumi, dan bulan gerakannya akan mengikuti instruksi dari pemandu, hal ini dilakukan seolah-olah seperti halnya bermain drama.
Kembali pada konsep deep learning, bahwa pembelajaran yang menampilkan role model seperti diatas, menunjukkan adanya kreatifitas dalam belajar dimana daya tangkap murid dalam pembelajaran memiliki kecenderungan ke praktik dari pada teori, memberikan pengalaman yang bermakna melalui pemahaman materi dengan keterlibatan langsung dalam proses belajar, serta murid akan merasakan pembelajaran yang menyenangkan karena keterlibatan secara fisik akan lebih muda di ingat dan membuat murid antusias mengikuti pembelajaran. Sehingga pendekatan deep learning dalam pembelajaran bisa menyuguhkan tampilan dalam festival sekolah. Sejatinya festival sekolah yang bermakna itu bukan hasil dari hiruk pikuk dan euforia pelaksanaannya, namun konten dari festival sekolah itu penampilannya berbasis local wisdom yang utamanya memilki keterkaitan dengan materi yang sudah dipelajari karena tujuan dari festival sekolah adalah menciptakan nilai tambah pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H