Guru Nasional yang diperingati setiap 25 November memberikan kesan yang mendalam. Pada peringatan Hari Guru Nasional tahun ini banjir ucapan selamat kepada guru dari murid maupun orang tua yang membuat haru suasana di sekolah. Dengan beragam cara mereka mengekspresikan nya, ada yang membacakan puisi, memberikan kado, membagikan bucket, dan membawakan lagu Hymne Guru.
Fenomena peringatan HariTampak di beberapa Sekolah Dasar kehadiran orang tua untuk menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada guru yang telah mengajar dan membimbing putra putri mereka turut hadir dan terlibat dengan kompak pada peringatan Hari Guru Nasional ini.
Melalui paguyuban sekolah para orang tua bersama-sama membuat acara untuk memeriahkan. Timbul rasa empati untuk memberikan penghargaan kepada guru yang telah mendedikasikan untuk buah hatinya. Benar-benar hari ini (pada peringatan Hari Guru Nasioanal) keadaan di sekolah tampak riuh berbeda dengan hari lainnya.
Kebersamaan, canda dan tawa melebur diantara guru, murid, maupun orang tua yang hadir, mereka menyatu dalam batin yang bahagia. Itu semua dilakukan atas kesadaran untuk memuliakan guru dengan suka cita sambil lalu mengabadikan dengan foto bersama sebagai wujud rasa penuh keakraban. Apresiasi tersebut menggambarkan bahwa cerminan kepedulian antar sesama warga sekolah telah muncul.
Lalu, apakah perasaan gembira diantara guru, murid, dan orang tua hanya terjadi pada saat euforia peringatan Hari Guru Nasional saja? Kenapa tidak, euforia peringatan Hari Guru Nasional diterapkan dalam praktik pembelajaran sehari-hari.
Tentu akan menyenangkan, ketika guru dan murid sudah menjalin kedekatan emosional dan saling bersinergi maka akan membuat murid semakin tumbuh semangat belajar nya dan dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Serta peran orang tua dalam mendukung pembelajaran di sekolah akan meningkatkan motivasi belajar dan memberikan dampak positif pada perkembangan anak karena kolaborasi antara guru dan orang tua memungkinkan untuk saling memberikan informasi akademik maupun perilaku murid di sekolah.
Seharusnya memang demikian, guru harus mampu merefleksikan dan mengambil makna dari apa yang telah terjadi pada momentum peringatan Hari Guru Nasional kali ini. Menurut penulis, memiliki rasa empati, bergembira, memberi apresiasi dan menyampaikan ekspresi merupakan nilai dari peringatan Hari Guru Nasional tersebut.
Sehingga kemampuan untuk mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam pembelajaran menjadi pendorong para guru untuk menciptakan suasana batin yang sama seperti apa yang dirasakan pada saat peringatan Hari Guru Nasional.
Sehingga euforia tidak sekedar terjadi setiap setahun sekali, guru harus berupaya menghadirkan nilai-nilai dari peringatan Hari Guru Nasional ke pembelajaran sehari-hari.
Oleh karena itu, guru dituntut untuk menjadi pribadi yang cerdas, memiliki keterampilan mendidik, dan berakhlak mulia sehingga mampu menjadi tauladan bagi muridnya. Jika guru sudah memerankan pribadi yang sebagaimana semestinya, tentu murid akan selalu merindukan kehadirannya di kelas.
Jika nilai-nilai peringatan Hari Guru Nasional sudah diterapkan pada pembelajaran sehari-hari, rasanya wajah pendidikan di Indonesia akan membawa perubahan.
Sejalan apa yang dismapaikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti pada pidato upacara peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2024 di Jakarta, Senin (25/11/2024) yang mengambil tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat” salah satunya memiliki makna “guru tidak hanya berperan sebagai agen pembelajaran tetapi juga menjadi agen peradaban, guru berperan mendidik murid, sehingga guru memiliki kecerdasan, keterampilan dan karakter yang mulia.” Maka profesi guru layak untuk di apresiasi lebih-lebih pada momentum Hari Guru Nasional karena berkat peranan guru akan membangun sumber daya manusia yang mampu menciptakan generasi penerus bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H