Mohon tunggu...
Arif Nurhidayat
Arif Nurhidayat Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menuangkan ide, gagasan, dan pikiran dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Menginspirasi, Murid Kaya Daya Imajinasi

25 November 2024   07:00 Diperbarui: 25 November 2024   08:17 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam rangka peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2024 penulis mengajak kepada seluruh rekan guru di seluruh Indonesia untuk menjadikan momentum ini bersama-sama merefleksikan mengukur sudah sejauh mana kita telah berkontribusi pada dunia pendidikan yang telah membawa dampak untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Terlebih guru telah mengalami transformasi yang sebelumnya mendapat julukan pahlawan tanpa tanda jasa karena kegigihannya yang turut serta menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk membangun bangsa dengan imbalan yang kurang layak. Namun, kini untuk menjadi seorang guru dituntut harus bergelar guru profesional (Gr) dengan dibuktikan memiliki sertifikat pendidik. Dengan begitu maka jaminan penghasilan yang akan diterima menjadi sangat layak.

Dulu, bila menjadi guru di kampung maka masyarakat akan memberikan pandangan yang terhormat dan mulia, berkat guru yang dijadikan panutan akan ilmu pengetahuan dan tinggi budi pekerti nya. Kini zaman sudah berubah, nampaknya pandangan tersebut sudah tidak berlaku lagi. Ada pergeseran anggapan masyarakat bahwa guru tak lagi menduduki strata yang terhormat. Status guru dinilai menjadi sebuah profesi yang harus memilki ijazah strata satu (sarjana) dan memiliki sertifikat pendidik agar mendapat jabatan guru profesional yang bergaji besar. Dalam konteks ini, guru dibuktikan memiliki pengakuan atas kompetensi guru yang memenuhi standar untuk melakukan pekerjaan profesi guru diantaranya yaitu kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial.

 Tuntutan guru mengajar saat ini supaya pembelajaran bisa dilakukan dengan baik, yang mana pembelajaran harus berpusat pada aktivitas murid yang lebih dominan, lalu guru menjadi fasilitator dan bukan menjadi sumber utama belajar. Untuk itu guru perlu meningkatkan kemampuan profesi nya bisa melalui komunitas belajar sekolah atau mengikuti berbagai macam pelatihan dan seminar. Sejalan dengan hal tersebut, guru lebih banyak mengembangkan metode-metode pengajaran mulai dari persiapan, proses pembelajaran di kelas hingga evaluasi. Dengan kata lain pembelajaran akan terwujud meningkat kearah positif yang melibatkan keseluruhan murid dalam kelas tanpa mengesampingkan satupun sehingga guru akan selalu hadir di kelas dengan membawa suasana pembelajaran menggembirakan yang sudah dipersiapkan dengan baik.

Sementara pada beberapa tahun silam, guru dikenal dengan mendidik nya yang tegas. Hal ini bisa kita lihat bersama, pembentukan perilaku murid pada zaman itu sangat kental dengan sikap guru memberikan sanksi kepada muridnya jika melakukan kesalahan atau pelanggaran disiplin sekolah. Hal itu dilakukan oleh guru semata dalam rangka mendidik sebagai upaya mengantarkan muridnya menyadari akan kesalahan yang telah dilakukan. Hal semacam ini menjadi lumrah pada saat itu, tidak ada orang tua yang protes kepada guru akibat anaknya mendapat sanksi. Menyaksikan gambaran seperti diatas, sungguh guru mendapat predikat mulia. Perjuangan guru dahulu banyak menginspirasi, hasil jerih payahnya membuktikan terwujudnya generasi-generasi penuh prestasi, baik akademik maupun olah raga, serta murid memiliki karakter. Sehingga tidak ada kata lain, orang tua pun mempercayakan anaknya untuk dididik oleh guru karena ilmu dan kemuliannya, bahkan tak sedikit pada waktu itu orang tua yang berkeinginan supaya anaknya kelak juga akan menjadi guru.

Dari hal yang menginspirasi tersebut, tentunya ada refleksi yang harus dilakukan oleh guru saat ini, masihkah guru berpegang teguh menjadi pribadi yang di idolakan oleh murid? dimana perkembangan sosio kultur masyarakat sudah berbeda, peranan teknologi sudah mendominasi dalam aspek kehidupan, serta tantangan budaya menghafal, menulis, berhitung dan membaca sudah menurun, tidak seperti dahulu dimana murid menggunakan kemampuan kognitif nya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Perkembangan Artificial Intelligence (AI) telah membawa paradigma baru terhadap murid, seolah segala sesuatu dapat diselesaikan dengan bantuan AI. Kini kegiatan menghafal, menulis, berhitung dan membaca sudah tak banyak lagi ditemui di sudut-sudut sekolah. Kita sebagai guru pun tidak boleh acuh terhadap kehadiran AI tersebut, justru guru harus mampu membijaki dan memberi pemahaman kepada murid apa dan bagaimana seharusnya peranan AI bisa dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran, bukan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam pembelajaran.

Sejalan dengan tujuan pendidikan yaitu sebagai sarana mengembangkan potensi diri untuk menghadapi masa depan, maka dengan berpendidikan akan memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Peranan  guru menghadapi kecanggihan teknologi tersebut harus mampu beradaptasi dan responsif karena sebuah keniscayaan mau tidak mau harus menjadi follower akan dampak kecanggihan teknologi AI. Hal ini sesuai yang disamapaikan oleh Ali Bin Abi Thalib "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian". 

Agar peranan guru tidak tergantikan oleh kecanggihan AI, maka dalam konteks ini, menurut pendapat penulis, perlu kiranya guru memiliki sense untuk mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang menginspiratif bagi muridnya. Untuk menjadi guru yang menginspirasi maka daya imajinasi guru harus dilatih. Karena imajinasi dapat membangkitkan dan menghidupkan suasana dalam pembelajaran. Imajinasi bukan sekadar untuk menghadirkan dunia fantasi dalam pikiran, tetapi juga merupakan pendorong utama untuk eksplorasi, pembelajaran yang kreatif, dan menemukan inovasi di dalam kelas. Imajinasi akan berdampak pada terwujudnya kreativitas, inovasi, dan pemahaman yang lebih. Saat guru mengintegrasikan penggunaan daya imajinasi dalam pembelajaran, maka akan menimbulkan minat dan motivasi yang tinggi untuk belajar dan di situlah awal bagaimana kreativitas dapat diciptakan dan dikembangkan karena imajinasi telah menjadi kekuatan yang memungkinkan untuk berfikir melampaui batas-batas buku teks atau pelajaran yang diajarkan.

Kemampuan mengajar dengan menggunakan daya imajinasi untuk menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan dikaitkan dengan kebutuhan siswa yang relevan sesuai dengan kondisi yang dihadapi merupakan salah satu perwujudan seorang guru inspiratif dalam mengajar. Guru inspiratif akan menggunakan kemampuan emosional nya untuk mempengaruhi dan menyentuh muridnya supaya masuk ke pemikirannya dengan menerapkan imagine to imatate (membayangkan untuk meniru) dalam pengajaran mampu menyampaikan pesan bahwa apa yang telah disampaikan akan di mimpikan yang kemudian secara terus–menerus akan menjadi motivasi untuk diwujudkan, atau orang yang memiliki pengaruh inspiratif, serta peristiwa yang relevan untuk membangkitkan semangat belajar dalam diri murid. Pembelajaran seperti ini tidak hanya membuat materi pelajaran menjadi lebih menarik, tetapi juga membantu murid mengaitkan pembelajaran dengan apa yang dibutuhkan untuk mengahdapi masa depannya. Dengan demikian, guru akan menjadi sumber literasi bagi muridnya dalam mengembangkan imajinasinya dalam proses pembelajaran.

Menyadari guru juga perlu meningkatkan kemampuannya dalam mengajar maka kita sebagai guru tidak boleh anti pati terhadap sesuatu perubahan yang menuju kearah kebaikan. Guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat (long life education) demi mewujudkan pembelajaran yang menarik dan menginspirasi, maka jadilah pribadi guru yang menyenagkan saat pembelajaran dikelas agar siswa bisa terlayani dengan puas. Seyogyanya kita sebagai guru harus menyadari hal ini penting untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Selamat hari guru!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun