Mohon tunggu...
Arif Rohman
Arif Rohman Mohon Tunggu... -

Menekuni masalah-masalah sosial dan isu kesejahteraan sosial. Ingin berbagi dan berkontribusi terhadap peningkatan pelayanan sosial di Indonesia. Email: arohman@csu.edu.au.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Permasalahan Orang Gila dan Kompleksitas Penanganannya di Indonesia

5 November 2014   16:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:34 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_372075" align="alignnone" width="1000" caption="Orang Dengan Gangguan Psikis Berat (Google Image/AntaraNews)"][/caption]

Pendahuluan

Pada pertengahan tahun 2014, ketika saya pulang ke kampung saya di Demak – Jawa Tengah, Ibu saya bercerita tentang almarhum Lek Jupri. Lek Jupri adalah penjual ‘bakso kojek tusuk lidi’ dan ‘es pasah sirup frambos’ yang sangat terkenal dan cukup legend di kampung kami. Sampai sekarang saya belum menemukan tandingan kelezatan bakso kojek bikinannya. Kalau membayangkan bakso kojeknya, langsung terbit selera saya, pun saat saya menulis artikel ini. Pada waktu saya masih SD, saya masih ingat, walaupun mulai berdatangan para tukang siomay dari daerah lain (Bandung – Jawa Barat), yang menawarkan dagangan lebih komplit seperti ada kol, tahu, dan pare-nya, namun penggemar Lek Jupri tidak pernah surut. Mungkin karena rasanya yang yummy dan harganya yang relatif lebih murah, disamping  penyajiannya yang sederhana, yaitu bakso tepung kecil-kecil yang direbus dan diberi sambal kacang dan kecap dan sedikit saos yang dimasukkan dalam plastik kecil ukuran ½ ons.  Saya tidak bisa membayangkan berapa banyak orang yang pernah mencicipi makanannya dan saat ini sudah menjadi orang-orang sukses dalam hidupnya. Dia orang yang baik dan taat beribadah di mata masyarakat sekitar.

Namun sayangnya, kenangan tersebut seketika hilang manakala saya tahu bahwa beliau sudah meninggal. Meninggalnya pun boleh dikatakan menurut saya sangat tragis. Bermula dari kondisi fisiknya yang sudah mulai menua, dan pembeli yang semakin berkurang, serta mungkin banyak hutang pada rentenir, akhirnya dia mengalami stress ringan. Atas usul salah satu tokoh masyarakat, dia dikirim ke salah satu panti orang gila di Semarang. Bukannya kondisinya semakin baik, ternyata justru semakin buruk karena di panti itu dia dicampur dengan orang-orang gila beneran hasil razia di jalanan. Banyak orang yang menyayangkan bahwa sebenarnya pada waktu Lek Jupri masih dalam keadaan stress ringan, dia bisa saja sembuh dengan sendirinya, jika masyarakat sekitar lebih peduli pada keadaannya dan bersama-sama memberikan perhatian yang lebih pada kehidupannya, tentu saja dengan mencari akar masalah yang membuat dia merasa tertekan.

Tulisan ini berusaha untuk memotret permasalahan orang gila di Indonesia, dan perlakuan yang sering mereka terima dalam kehidupan sehari-hari. Maksud dari tulisan ini adalah untuk menunjukkan betapa kelamnya kehidupan mereka dan untuk menggugah hati nurani dan kepedulian kita terhadap permasalahan orang gila yang ada di sekitar kita. Tulisan ini akan difokuskan pada penderita gangguan psikis yang berat atau lazim disebut schizophrenia.

For Full Text Pdf Download Here

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun