Mohon tunggu...
Arif UIN
Arif UIN Mohon Tunggu... pegawai negeri -

guru fiqih, menyukai teknologi dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengganti BBM dengan FBM

19 Februari 2012   04:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:28 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13296259641294577316

Ada yang terpaksa beli Blackberry gara-gara 'harus' menyesuaikan dengan teman se-tim dan sekantor? Ini pengalaman di tim kami yang enam orang. Kami berasal dari tiga aliran berbeda: BB, Android, dan Nokia. Karena mayoritas pakai BB, kami berpikir untuk yang belum pakai juga pakai BB, biar bisa BBM-an! Apa yang kami alami itu bukan pengalaman unik. Ada banyak pengalaman serupa. Orang membeli BB karena 'terpaksa' biar bisa komunikasi dengan kerabat, teman kantor, atau komunitas yang lain agar bisa BBM-an. Seolah-olah BBM itu tak tergantikan. Benarkah? Mungkin 'dulu' benar. Karena itulah muncul sejumlah aplikasi untuk menandingi BBM. Salah satunya adalah WhatsApp. WhatsApp menjanjikan komunikasi yang lebih baik karena ia lintas platform, tidak se-eksklusif BB dan tidak perlu akun email atau PIN karena cukup nomor HP yang kita pakai. Keunggulan, jika benar, itu sayangnya disertai beberapa kelemahan pokok. Pertama, soal popularitas. Begitu saya dapat HP Android, salah satu hal terawal yang saya lakukan adalah menginstal WhatsApp. Tetapi, saya kecewa. "What's up buddy?" Ya. Karena saya tidak punya teman yang menggunakan. Buat apa kita punya alat komunikasi sendirian? Meskipun WhatsApp bisa diinstal di semua jenis HP, dari Blackberry, iPhone, Android sampai HP-HP semisal Nokia, tidak banyak orang yang sudah menggunakan. Setidaknya 'orang' yang saya kenal sekarang. Kedua, berbayar. Itu yang membuat saya segera membuang aplikasi ini. WhatsApp hanya gratis di awal, di tahun pertama. Saya tidak sudi membayar untuk sesuatu yang tidak berguna (dengan alasan pertama tadi). Semurah apa pun, kalau harus membayar ... ya mending nggak lah. Selain WhatsApp, dalam kasus Android, ada puluhan layanan semisal di market.  Tetapi problem popularitas tadi selalu mengganjal saya untuk terus menggunakan aplikasi-aplikasi itu. Install, coba, buang. Nah, di tim kami problem beda platform tadi lalu mendorong kami untuk mencari alternatif yang setidaknya sama dan kalau bisa lebih baik daripada BBM. Ada dua kandidat yang kami usulkan. GoogleTalk dan Facebook Messenger.  Karena popularitas Facebook, maka kami akhirnya memutuskan FBM sebagi pengganti BBM. Sama seperti WhatsApp, FBM juga lintas platform, bahkan bisa untuk PC. Tetapi dua hal yang WhatsApp dan BBM tak bisa mengalahkan FBM adalah popularitas dan gratisnya. Sekarang kami sudah nyaman dengan pilihan ini dan kerja komunikasi dalam tim menjadi lebih baik, lebih inklusif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun