Mohon tunggu...
arif rahman hakim
arif rahman hakim Mohon Tunggu... -

Always try to be better

Selanjutnya

Tutup

Puisi

ARTI SEBUAH TEMAN (A.1)

4 Januari 2011   19:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:57 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi ini langit tak secerah pagi kemarin, langit begitu gelap tertutup oleh awan, nampak manusia-manusia tiu berlarian menghindari guyuran hujan yang menyirami bumi seisinya. Namun semua itu tidak mengurangi mobilitas kota Jakarta, kemacetan tetap terjadi dijalan-jalan utama, para pedagang asongan tetap menjajakan dagangannya dengan memakai jas hujan dari plastik.

Saat itu aku terduduk didepan lobi kampus, menunggu kedatangan dosen tercinta yang tak kunjung datang, melihat para mahsiswa lainnya yang baru datang segera memakirkan kendaraan pribadi mereka dan berlari menuju lobi kampus. Tak lama kemudian aku beranjak berpindah ke lobi kampus bagian tengah, aku melihat teman-temanku duduk-duduk berkelompok, ada yang mendiskusikan tentang pelajaran, menceritakan pengalaman, pacar, dan lain-lainnya. Aku melihat ada satu sudut kosong, segera aku menempatinya, tak lama kemudian seorang laki-laki berumur sekitar 18 tahun menghampiriku, dia adlah salah satu temanku, kemudian duduk disampingku dan berkata padaku , “Bro! Hujan-hujangini enaknya ngapain ya?”, kemudian aku menjawab, “Pulang, minum kopi, sambil mendengarkan yang agak sedikit mellow”. Sesaat kemudian tawa kamipun terlepas, memecahkan keheningan lobi kampus.

Beberapa menit kemudian, temanku satu lagi datang menghampiriku, dia tampak begitu lesu dan lemas. Akupun menyuruhnya untuk segera duduk disampingku, kemudian aku bertanya, “What happened bro! hari gini kok murung”, dia hanya menjawab, “Gak papa kok, gue baik-baik aja”. Dari jawaban itu aku tak yakin dia baik-baik saja, tak biasanya ia yang periang murung seperti itu.

Waktu terus berjalan, detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari beganti minggu. Tak terasa 2 minggu sudah terlewatkan. Pagi ini langit begitu cerah, nampak warna biru menghiasi seisi langit. Tapi perasaanku terasa tidak enak, sepertinya akan ada hal buruk yang akan terjadi.

Benar, firasatku tidak salah, pagi itu juga aku mendengar kabar, bahwa temanku yang dua minggu lalu tampak begitu lesu, dia telah keluar dari kampus ini. Tak berpikir panjang, kau dan beberapa temanku segera mengambil kendaraan kami dan segera menuju kosnya. Ketika kami tiba di kosnya, bu kos bilang kalau dia telah pergi ke stasiun sejam lalu. Kamipun berempat segera beranjak menuju stasiun dengan harapan masih sempat bertemu dengan teman kami dan membawanya kembali ke kampus tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun