Mohon tunggu...
Arieyoko KSE
Arieyoko KSE Mohon Tunggu... lainnya -

::\r\nKomunitas Sastra Etnik (KSE) - \r\nAdalah sebuah bangunan rumah tanpa dinding hanya ada atap. Siapapun boleh singgah bercengkerama membagi gundah, bahwa "bahasa dan sastra etnik" kini kian lumat ditabrak bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa global yang terus menderas..... \r\n\r\n::\r\nBahasa Indonesia adalah bahasa persatuan, yes...! Tapi, bahasa Indonesia bukan bahasa KEBUDAYAAN kita yang terdiri dari 746 ragam bahasa/sastra etnik di seluruh Nusantara....\r\n\r\n::\r\n Itulah sebabnya, sejak 2009 KSE terus berjuang tanpa letih.....\r\n\r\n::\r\nAyo selamatkan bahasa dan sastra etnik Indonesia. Selamatkan tradisi kita. Selamatkan kebudayaan kita.... (ayk)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Arieyoko : " Bulan Mengalir "

14 Juni 2011   15:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:31 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Arieyoko : " Bulan Mengalir "
Mengalirlah hidupku mengalirlah penuh sendeku, pada rumput, pada daun, pada angin, pada lelakon yang kudu penuh lelaku jika ingin : berilmu.
Mengalirlah ilmu mengalirlah, penuh barokah pada hari-hari, pada waktu, pada sejarah, pada zaman yang jumpalitan, layaknya manuk branjangan berterbangan tak keruan, tetap saja kembali ke kandang jati yang bersukma melati.
Mengalirlah melati mengalirlah, pada setiap hati di jejak-jejak matahari, rembulan ataupun jalan-jalan. Jangan gamang pada gebyar sumunar kota-kota, toh tetap saja bakal mati : terkapar.
Mengalirlah kematian mengalirlah penuh suka cita, penuh keindahan, penuh riang tawa. Lantaran hanya sebatas tirai yang sebenar-benarnya antara kamu, aku dan selembar nyawa : titipan ini.
Mengalirlah nyawa titipan mengalirlah toh hanya titipan semata, tanpa garansi, tanpa diskon, demikianlah telah ada sejak tak ada wujud kita
Mengalirlah wujud mengalirlah dalam sujud-sujud dalam wirid-wirid dan sembahku : Gustiku.....

Jonegoro, 20 Oktober 2010 sendeku : menyilangkan tangan di dada lelakon : sejarah hidup lelaku  : melakukan tirakat manuk : burung gebyar sumunar : cahaya gemerlapan sembahku : sujud mencium kaki

[caption id="attachment_114266" align="aligncenter" width="300" caption="Yogya, 26 Januari 2011"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun