Mohon tunggu...
Arieyoko KSE
Arieyoko KSE Mohon Tunggu... lainnya -

::\r\nKomunitas Sastra Etnik (KSE) - \r\nAdalah sebuah bangunan rumah tanpa dinding hanya ada atap. Siapapun boleh singgah bercengkerama membagi gundah, bahwa "bahasa dan sastra etnik" kini kian lumat ditabrak bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa global yang terus menderas..... \r\n\r\n::\r\nBahasa Indonesia adalah bahasa persatuan, yes...! Tapi, bahasa Indonesia bukan bahasa KEBUDAYAAN kita yang terdiri dari 746 ragam bahasa/sastra etnik di seluruh Nusantara....\r\n\r\n::\r\n Itulah sebabnya, sejak 2009 KSE terus berjuang tanpa letih.....\r\n\r\n::\r\nAyo selamatkan bahasa dan sastra etnik Indonesia. Selamatkan tradisi kita. Selamatkan kebudayaan kita.... (ayk)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Minggu Pagi, Yogya, 28 Feb 2016

28 Maret 2016   06:30 Diperbarui: 28 Maret 2016   07:10 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

.

puisi Arieyoko di MINGGU PAGI, Yogya

28 Februari 2016

.

PUISIKU

.
 Aku ingin berhenti menulis puisi, karena puisi tak bisa ditukar beras dan nasi, bensin dan rokok, gula dan kopi. Puisi hanya mengenyangkan hati dan sejuta mimpi-mimpi, yang kalah menjadi menang, yang pahit menjadi indah, yang mati menjadi hidup kembali
 .
 Aku ingin membuang menjauhkan puisi-puisiku, seperti aku telah melupa jejak kaki sejak bayi, mengular, melingkar, membelit, menjelma hari-hari dalam catatan panjang yang timbul tenggelam, tak keruan, sehingga tak mampu lagi kurunut mana pangkal dan ujungnya
 .
 Pernah kularung semua benih puisiku ke dalam kawah belerang yang terus menguapkan bau pesing. Juga, jauh ke tengah segara yang berbatas langit. Aku tak berharap Ia kembali pulang. Namun, ketika kumasuki rumah, puisiku telah telanjang mengangkang di ranjang
 .
 Ya ya
 aku ingin berhenti menulis puisi
 agar mampu hidup nyaman tentram
 tak perlu selalu di goda diributkan olehnya
 .
 Ya ya
 puisi-puisiku berhentilah mengganggu
 engkau tak nyata dan hanya sia-sia
 pergilah sesegera kamu bisa
 .
 ( puisiku diam tak menjawab apa-apa
 air matanya menderas membanjiri jantung,
 empedu, ginjal, darah, tulang-tulang dan juga
 : air mataku )

.
 ---------------------
 Jonegoro, 2016

**Arieyoko –pendiri Komunitas Sastra Etnik, bermukin di Bojonegoro, Jatim

 

 [caption caption="puisi Arieyoko"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun