Sejarah telah mencatat bahwa perjuangan mahasiswa sampang yang menuntut ilmu dikota malang telah tertoreh tinta indah dalam bingkai kekeluargaan. Tepat pada tanggal 14 februari 2006 puncak dari sebuah perjuangan telah mencapai titik nadir kebahagiaan dengan terbentuknya IMASAMA (Ikatan Mahasiswa Sampang di Malang) sebagai wadah pemersatu mahasiswa sampang yang ada di kota rantau. Hari itu juga pun menjadi saksi bahwa mahasiswa sampang meyakinkan diri untuk melangkah bersma menyongsong perubahan kearah yang lebih terarah.
Di ulang tahun yang ke-11 ini IMASAMA tetap kokoh berdiri mengarungi ganasnya dinamika di internal maupun eksternal imasama. Hal yang lumrah terjadi didalam organisasi manapun, apalagi imasama bukanlah organisasi non provit. Dinamika disetiap kepengurusan tiap tahun tidak bisa dipungkiri bergejolak naumn hal itu adalah bumbu penyedap di dalam suatu organisasi.
Mengingat bahwa di usia yang ke 11 tahun ini, layaknya anak manusia tentulah masamasa ini bisa sudah dianggap mengalami masa pubertas. Dimana masa pubertas ialah sudah tumbuh dan berkembang dengan perubahan yang signifikan. Sudah selayaknya Anggota Imasama meningkatkan lagi daya pikir kritis solutif dan inovatif untuk tetap menjaga nilai-nilai Kemahasiswaan. Terlebih-kepada pengurus untuk lebih mengupgrad pengetahuan manajemen organisasi dan isu-isu kontemporer untuk di injeksikan di setiap kajian pengurus maupun anggota.
Lebih jauh, Imasama diharapkan menjadi sarana kontribusi para anak rantau untuk daerahnya, tentu dengan fokus pada pembangunan daerah. Organisasi ini juga berfungsi untuk menjaga nilai-nilai budaya daerah agar tidak luntur di tengah arus modernisasi dan heterogenitas budaya yang ada di kampus. Selain itu, harus berperan dalam menjaga semangat dan cita-cita untuk kembali membangun daerah setelah selesai kuliah agar tetap terjaga pada diri masing-masing anggota.
Quo vadis IMASAMA?
Jika melihat arah gerak organisasi, perlulah kiranya kita melihat kualitas anggota maupun pengurus. Bagaimana tidak, formulasi per angkatan tidak jelas arahnya kemana. Hal ini yang membuat kemandekan konsep atau mengurung ruang gerak. Jika hanya kinerja dan aksi nyata yang dikejar. Tentulah ini sangat disayangkan. Mengingat falsafah organisasi ini kekeluargaan. Bagaimana kiranya kita belajar bersama dan menciptakan kualitas insan intelektual secara bersama-sama.
Kembali kearah gerak, sudah saatnya kita membuka diri terhadap hal-hal yang belum kita sentuh, untuk kebaikan organisasi dan berkembangnya organisasi. Mati tidaknya organisasi tergantung pada mereka-mereka yang menghuni. Mau dibawa kemana arah organisasi tergantung bagaimana kita menyikapi secara bijak dan adil sejak dalam pikiran.
Reorganisasi sudah di depan mata, artinya kepengurusan periode tahun ini akan segera diganti. Tantangan besar bagi mereka yang ingin mau mengisi pos-pos central di kepengurusan harus punya konsep sedemikian matang dengan melihat situasi dan kondisi serta berpegang teguh kepada AD-ART organisasi.
“Semoga kita tetap mendapatkan limpahan Taufik serta Hidayah-Nya”
Penulis: Arik Abd Muhyi (Mantan Waketum Periode Tahun 2014-2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H