“Danau itu indah, sumber inspirasiku”
Pejalanan waktu mengatarkan aku ke tahun 2008 dan meninggalkan tahun 2007 ada bayak cerita kehidupan yang telah terluskis dalam putaran kehidupan yang sarat akan makna kebersamaan. Adalah pondok pesantren Al-ihsan sebuah kawasan yang menjadi tempat ku berkarya di bumi Allah yang di juluki “batiwakkal” ini sebuah julukan yang aku sendiri pun tak mengerti apa maksudnya sampai saat ini.
Yup...disinlah tempat ku membangun keterampilan dan kemandirian diri, di dalamnya aku banyak belajar dari kurikulum kehidupan yang di ajarkan oleh guru-guru tanpa nama yaitu alam.
Aku tahu hidup adalah sebuah proses menuju kepada-Nya dan harus sukses tidak boleh gagal, karena hidup memang Cuma sekali.
Disini aku menemukan bangunan persaudaraan yang belum pernah aku temukan sebelumnya berkumpul bersama santri-santri yang berlatar belakang beragam karekter adalah sebuah fenomena baru dalam hidup kuu, tapi mungkin inilah cara Allah tuk mendewakasan aku..yah aku percaya itu.
Inilah rumahku, rumah yang begitu indah yang Allah karuniakan untukku lengkap dengan seluruh perabotan hidup yang akan melatih tuk sabar, tabah, amanah, inilah bangunan rumah idaman yang menjadi dambaan setiap orang . bagaikan surga dunia yang begitu dekat dengan mata. Hamparan reruputan dan pohon-pohon hijau menyejukan mata, bentangan danau air segar bak, permata hijau memantulkan keindahan langit nan menjulang di siang hari dan hiasan bintang-bintang di malam harinya. Sungguh kerunia yang begitu menakjubkan. “subhanallah
“Sabar” Cara terbaik hidupku
Memang bukanlah hal yang menyenangkan hidup dalam aturan yang begitu banyak, tapi hal itulah yang kami jalani sebagai santri, bayak keinginan yang hanya menjadi mimpi belaka karena semuanya serba terbatas tapi semua itu tak membuat cita-cinta dan impian kami juga menjadi terbatas, begitulah prinsip kami.
Ketika dating masa yang sangant mencekam jiwa saat-saat dimana hati ini selalu teringat kampong halaman dan orang tua, di saat itulah persaan kami dibenturkan, antara harus menjalani proses pengkaderan dan menuntut ilmu atau mencari jalan untuk pulang. Disinilah kesabaran kami di uji…yah..! cara terbaik adalah sabar, karena pesan para ustad pun deimikan, dengan sabar semua pasti Allah berikan kemudahan, betitu pula nasehat orang tua.
Walaupun terkadang airmata tak dapat terbendung lagi, menangis dalam selimut adalah cara untuk melepas kerinduan dengan orang tua. Atau sekedar menyendiri di tepi danau…huff…suka duka menjadi santri..