"Bu Irna kamana bae? Ieu jalan ka kampung teu hade-hade. Bu Irna kamana bae? Ieu jalan ka kampung teu hade-hade. Aduh ibu Irna kamana bae? Alah alah Ibu Irna kamana bae? Komo lamun aya ibu nuju hamil, bisa ngaborojol di tengah jalan. Komo mun aya bapak eukeur gering, bisa paeh di tengah jalan".
Lagu berjudul "Ibu Irna Kamana Bae?" yang ciptakan oleh Anton Daeng Harahap ini menjadi pembuka dan juga penutup acara Lorong Diskusi dengan tema "Ibu Irna Kamana Bae?" di Kampus UNMA Banten, Kecamatan Saketi, Sabtu (01/02/2020).
Diskusi rutin yang gelar kaum kampus itu kerap mengangkat tema dan pematik diskusi berbeda. Jika dalam lima kali diskusi sebelumnya, Lorong Diskusi mengangkat tema "Pilkada Pandeglang 2020" dengan menghadirkan sejumlah bakal calon pemimpin Kota Badak, mulai dari Aap Aptadi (Ketua DPC Perindo), Toni Fathoni Mukson (Ketua DPC PKB), Agus R Wisas (juru bicara keluarga Mulyadi Jayabaya) hingga Oji Fachruroji (aktivis muda Pandeglang).
Kali ini, di awal bulan kedua tahun 2020, Lorong Diskusi mengangkat berbagai persoalan di Kabupaten Pandeglang, terutama infrastruktur jalan. Seperti pesan yang disampaikan dalam lirik lagu ciptaan pemuda Kubang Kondang tersebut.
Anton Daeng Harahap mengaku, lagu tersebut tercipta dari keresahan ia dan rekan-rekannya di kampung yang melihat kerusakan jalan.
"Saat saya pulang kampung, teman-teman saya menanyakan soal jalan yang rusak. Dari situ saya terinspirasi untuk menciptakan lagu dengan judul Ibu Irna Kamana Bae. Aransemen dan liriknya saya buat satu hari, kemudian saya meminta bantuan teman untuk keliling mencari gambar agar pas lirik dengan videonya," ujar Anton, saat diminta moderator untuk menyampaikan awal terciptanya lagu "Ibu Irna Kamana Bae."
Pria yang mengaku, lebih banyak tinggal di kampung dan ngurek belut ini tidak tahu harus ke mana menyampaikan aspirasi atas permasalahan kerusakan jalan. Padahal di kampungnya ada pejabat, mulai dari camat hingga Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pandeglang, Mohammad Amri. Namun ia melihat adanya perjabat di Kubang Kondang, tidak memiliki dampak positif terhadap pembangunan infrastruktur.
Uday Suhada, pegiat anti korupsi Banten yang menjadi narasumber diskusi, mengatakan permasalahan dalam pemerintahan, termasuk di Kabupaten Pandeglang adalah soal leadership (kepemimpinan). Sebab, dari pemimpin yang memiliki integritas kuat, maka akan mendorong penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, akuntabel, dan profesional.
"Saya ingat di (Provinsi, red) Sumatera Selatan ada sebuah kabupaten yang nama OKU (Ogan Komering Ulu, red) Timur. Di sana itu pertaniannya biasa saja, tetapi karena pemimpinnya melihat jika sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani padi, maka harus dimaksimalkan. Di sana (OKU Timur, red) setahun bisa empat kali panen," kata Uday.
Namun Kabupaten Pandeglang yang dulu dikenal sebagai salah satu lumbung padi terhebat di Jawa Barat, tapi sekarang tidak lagi menyandang itu. Sebab, pemerintah daerah telah beralih menanam jagung yang tidak jelas hasilnya.
Menurut dia, petani Pandeglang secara turun-termurun memiliki kultur yang sangat kuat dalam menanam padi. Jika pun menanam jagung, itu hanya bersifat selingan yang ditanam di pematang sawah. Kemudian masalah lain di sektor pertanian adalah, banyaknya padi dari Pandeglang yang dibawa keluar daerah dan di luar diberi label tersendiri.