"Selamat datang kepada para calon siswa -- siswi SMA Pejuang Muda. Sekarang giliran ekstrakurikuler basket yang akan menunjukkan kebolehannya di hadapan kalian". Terdengar suara Pak Parman dari sebuah loudspeaker yang terpasang di lapangan basket SMA Pejuang Muda.
Para pemain basket SMA Pejuang Muda mulai mendemonsrasikan gerakan -- gerakan yang cukup memukau bagi calon siswa -- siswi yang menyaksikan pertandingan itu. Saat para pemain basket itu sibuk mencoba membuat penonton terkesan, tampak sesosok mahluk yang juga mencoba untuk terlihat sangat sibuk di pinggir lapangan. Bukan hakim garis atau para cheerleader yang berteriak -- teriak membangkitkan semangat para pemain. Yup, Dimmy. Anak yang satu itu memang punya banyak cara untuk menebus kesalahannya yang begitu menumpuk kepada gurunya. Seperti janjinya kepada Pak Parman kemarin, hari ini dia bertugas untuk mendokumentasikan demonsrasi ekstrakurikuler basket. Setiap gerakan yang begitu mengesankan dari para pemain tak luput dari bidikan kamera yang dipegangnya.
"Net, senyum dong. Lu mau gua foto nih. Entah apakah Nenet terhipnotis oleh kata -- kata Dimmy, namun Nenet yang saat itu sedang memegang bola basket secara spontan memasang senyum menyeringai di depan kamera mirip orang utan yang mendapat pisang setandan.
"DIMMY!!. Tugas kamu tuh mendokumentasikan pertandingan ini, bukannya malah mengganggu pertandingan." Dari seberang lapangan Dimmy dapat mendengar jelas teriakan seriosa Pak Parman yang menggelegar dan hampir merubuhkan tiang ring basket bila saja mulutnya tidak terburu ditutup oleh Pak Tobing. Pak Parman terlihat gelagapan saat Pak Tobing melakukan hal tersebut. Dari kejauhan terlihat bahwa Pak Parman sepertinya agak kesal dengan sikap Pak Tobing. Mereka berdua kemudian terlibat dalam percakapan yang serius sambil sesekali Pak Parman menunjuk kepada Dimmy.
Sementara kedua guru kesayangan Dimmy itu berargumen, Dimmy malah asik terlihat mengabadikan pertandingan basket itu. Tapi... tunggu dulu. Mengapa lensa kamera masih saja mengarah kepada satu titik di antara keramaian penonton? Bukankah seharusnya pertandingan basket itu yang menjadi target utama bidikan kamera tersebut? Bahkan Nenet yang beraksi dengan begitu hebatnya saat melakukan slam dunk malah diacuhkan oleh Dimmy. Sebenarnya apa yang memaksa Dimmy dengan sukarela mendokumentasikan sesuatu di antara kerumunan penonton. Mari kita lihat dari kaca mata kamera yang dipegang Dimmy.
Dari kamera itu dapat terlihat calon siswa -- siswi SMA Pejuang Muda yang sedang tenggelam dalam sorak sorai bergembira, bergembira semua...ups maaf maksudnya bersorak sorai melihat  aksi para pemain basket yang sedang berlaga. Mari kita lihat lebih dekat(zoom in) lagi. Calon siswa -- siswi kelas 10 c yang juga memberikan sumbangsih dalam kemeriahan acara itu. Lebih dekat lagi. Calon siswi kelas 10 c yang sedang asik membicarakan para pemain basket yang menurut mereka paling tampan. Sekarang kita tahu apa yang menjadi objek Dimmy untuk difoto. Satu nama siswi... Meisya. Yup, itulah yang mampu membuat Dimmy seperti tersihir dan rela melakukan apa saja agar gadis pujaannya dapat menjadi bagian dalam dokumentasi pertandingan basket tersebut.
"Dim, tadi slam dunk gua udah lu captured belom?" Bidikan Dimmy terganggu oleh jari jemari yang setelah ditelusuri ternyata sang pemiliknya adalah Netnet. "Gimana? Udah belom? Sekalian foto gua sekarang aja deh, mumpung bolanya lagi ada sama gua nih." Pertanyaannya itu dilakukannya saat ia sedang mendribble bola, hal itu dilakukannya untuk memamerkan kebolehannya di depan calon siswa-siswi SMA Pejuang Muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H