Di sisi lain mereka akan bekerja dengan sangat profesional sebab setiap honor yang diberikan sangat tergantung pada kualitas pekerjaannya. Dengan demikian perusahaan dan para business freelancer itu akan sama-sama diuntungkan".
Itulah kondisi 'normal' yang baru pasca pandemi ini berakhir. Kelompok profesional dengan kompetensi dan jam terbang tinggi akan memilih untuk menjadi business freelancer.
Kebebasan yang dimiliki saat menunaikan tugas akan menciptakan perasaan aman, terhindar dari risiko. Selanjutnya rasa aman itu pulalah yang membuatnya mampu menghasilkan kinerja jauh di atas rata-rata.
Tanpa berusaha untuk membangun polemik atas kebijakan yang membingungkan ini, kiranya kita perlu mendudukkan opini tersebut pada posisi masing-masing.
Bagi mereka yang memang harus menyelesaikan tugasnya di kantor - seperti arena membutuhkan alat-alat operasional khusus dalam bekerja perlu melihat kebijakan ini sebagai pintu bagi mereka untuk kembali menghasilkan kinerja yang secara langsung maupun tidak langsung akan menggulirkan roda ekonomi bangsa.
Sebaliknya bagi mereka yang berkesempatan untuk tetap menghasilkan kinerja walaupun tidak harus berada di lokasi kantor, kebijakan tersebut dapat dijadikan alternatif.
Mana yang lebih menciptakan rasa aman, apakah bekerja di kantor di Tengah pandemi atau tetap menjalankan WFH hingga kondisi pandemi benar-benar dicabut. Pilihan hati nurani kita jualah yang membuat perasaan aman dan nyaman dalam menghasilkan karya sebagai prasyarat mutlak untuk menciptakan produktivitas.
Saya teringat konsep result oriented working environment yang terkenal di pertengahan 90'an dan kini banyak mengilhami para business freelancer.
Konsep tersebut mengingatkan kita bahwa bekerja bukanlah tergantung pada gedung perkantoran.
Bekerja perlu dipandang sebagai sebuah proses dalam menghasilkan sebuah maha karya yang nantinya damat dinikmati oleh banyak orang.
Tak kan ada artinya bila kita sukses bekerja namun karena kelalaian malah tidak berkontribusi dalam menekan angka penyebaran pandemi ini.Â