Mohon tunggu...
Aries Heru Prasetyo
Aries Heru Prasetyo Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi bidang Crisis Management

Aries Heru Prasetyo, MM, Ph.D menyelesaikan pendidikan S-1 dan S-2 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian melanjutkan pendidikan Doktoral di Fu Jen Catholic University, Taiwan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ayo Menghitung Biaya Penanganan Covid-19 Secara Objektif

26 April 2020   17:20 Diperbarui: 26 April 2020   17:20 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nah pada skenario kebijakan intervensi ketat plus stimulus, dengan asumsi bahwa stimulus benar-benar dapat dijalankan dengan efektif, maka tahun ini kita akan mampu menciptakan laju pertumbuhan ekonomi 1,80% dan dalam jangka panjang (hingga 2030) akan kembali ke angka 5,20%.

Dari perhitungan sederhana tersebut tampak jelas bahwa skenario intervensi kesehatan ketat plus stimulus diprediksi memberikan biaya yang relatif sedikit di bawah kondisi intervensi minim. Dengan demikian apakah kebijakan yang saat ini diberlakukan (PSBB+stimulus) sudah dikatakan tepat? Jawabannya tergantung pada beberapa hal berikut: Pertama, model yang saya susun menggunakan asumsi lockdown. Itu berarti aktivitas masyarakat benar-benar sangat dibatasi. 

Bila kita ingin meningkatkan efektivitasnya maka anjuran untuk tetap di rumah harus benar-benar dipatuhi, dan bukan sekedar lip service. Sebab semakin kita membangkang dari kebijakan tersebut maka biaya yang ditanggung akan semakin tinggi. Itu berarti akan turut berimbas pada tingkat kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat.

Kedua, tak ada kata lain bahwa stimulus wajib benar-benar dipastikan akan berjalan hingga tataran teknis. Sampai saat ini telah menjadi rahasia umum bahwa di beberapa sektor, instruksi kerja yang merupakan turunan dari paket kebijakan besar stimulus masih menjadi sebuah pekerjaan rumah tersendiri. Kecepatan kolaborasi lintas fungsi harus terjadi agar dapat mengamankan paket stimulus ini hingga di lapangan. 

Inilah yang ditunggu-tunggu oleh semua pelaku ekonomi. 

Lagi-lagi, dengan pemahaman ilmu ekonomi saya yang dangkal, saya optimis bahwa bercermin dari kejadian serupa pada pandemi sebelumnya, upaya melawan Covid-19 sebenarnya harus dilakukan di dua sisi sekaligus yakni di sisi kesehatan maupun ekonomi. Bak dua sisi mata uang, begitulah kiranya kita wajib memandang strategi ini. 

Sebagai warga masyarakat, satu hal yang dapat kita lakukan adalah segera mengidentifikasi peluang usaha yang akan terus menggulirkan roda ekonomi keluarga. Beberapa sektor layak menjadi alternatif seperti perantara logistik dari distributor besar kepada konsumen rumah tangga, atau dalam hal penyediaan bahan kebutuhan pokok serta usaha bidang kulinari. 

Setidaknya upaya itulah yang akan menghidupi ekonomi rumah tangga di masa pandemi. Bila gerakan ini mampu bergelora dengan baik di seluruh kalangan, maka meski perlahan, roda ekonomi nasional akan berputar. Inilah kekuatan yang akan menembus prediksi yang telah saya buat.

Kita mampu menciptakan laju pertumbuhan ekonomi lebih cepat dari prediksi statistik ekonomi yang saya lakukan. Kolaborasi yang kuat di antara kita jualah yang akan menurunkan impian ini untuk menjadi kenyataan. Model matematika dan statistik saya hanya mampu memprediksi adanya pemulihan dalam jangka panjang (2030) namun dengan daya upaya nyata dan doa segenap elemen bangsa maka bukan mustahil di akhir tahun ini, prediksi saya akan salah. Besar harapan saya agar dapat menulis artikel lagi di forum ini dengan memberikan prediksi akan adanya pemulihan di tahun 2025 atau yang lebih cepat dari itu.

Semoga tulisan ini mampu membangun optimisme kita sebagai anak Bangsa sebagai bakti terbesar kepada Ibu Pertiwi. Semoga di bulan yang penuh berkah dan ampunan ini kita semakin dimampukan untuk terus membangun motivasi dalam melawan Covid-19 baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi. Amin!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun