Kenangan untuk keluarga, anak keturunan. Mungkin bisa berupa foto yang dipajang atau dijilid, bisa juga berupa video yang tersimpan di media massa.
Tulisan pada kompasiana tetap juga tergolong meninggalkan kenangan, terpilih kompasiana pastinya melalui ribuan kali pertimbanganku, pertimbangan utama karena sahabat henry koreyanto yang rajin menulis, entah sampai kapan kompasiana menyediakan server untuk tetap bertahan.
Friendster jaman dahulu terasa enak menuangkan segala tulisan, komunitas yang beragam membuatku mampu memilah topik bahasan dan membatasi kosakata yang rumit untuk para membernya.
Loncatan yang berarti setelah miling list, dan fb saat awal 2005 hanya komunikasi teman lama. Dan susah menulis di fb dikarenakan sangat berbahaya, makanan yang tersaji dari tulisanku dapat menjadi "racun" bagi awam yang membaca.
Go to the blog juga sempat menjadi aktivitas, namun jauh dari teruntuk meninggalkan kenangan atau berbagi pengetahuan, hanya ingin rupiah dan bahkan sombong ku.
Otak pay per klik, pay per show, ad-sense, sempat membentuk badai petir disetiap momen, bagaimana secuil kegiatan menjadi roman penuh pendramatisiran (lebay)
Jadi tetap diikhlaskan saja apa yang akan dilakukan kompas, tulisan akan tersaring sendiri. Hanya akan terbaca oleh sahabat yang betah membaca beberapa patah kata dengan iklan yang berbaris (non-premium)
Tetap berharap tidak sebar di media massa lain, dan ikhlas untuk inspirasi ide (atau bisa juga plagiat) dengan tujuan toxic tidak menjadi hasil cerna oleh lambung awam.
Sruputan kecil seperti nya tepat sebagai analogi rangkaian kata yang harus kutuangkan di cangkir kecil. Bukanlah makanan penutup atau camilan yang asik.
Pastinya menghindari terbentuk makanan utama atau sarapin, walaupun terasa gak asik, asalkan tetap membatasi pembaca.
Singkat+padat+tak jelas