Sudah sekian purnama (di Bekasi) saya tidak mengikuti event Kompasiana. Terakhir saya ikut event kopdar Kompasiana, Bung Hatta baru pulang dari KMB. Apalagi sekarang di K saya lebih memilih menjadi silent reader belaka, instead of silent admirer. Maka ketika ada event bertajuk Begin A New Park Day bersama Samsung yang lumayan dekat dari kosan, saya langsung berangkat, tanpa peduli bahwa di hari Minggu pagi nan ceria terjadi hujan yang menggunakan Natrium Benzoat alias awet.
Begitu sampai ke Taman Tebet Honda, hujan masih turun dengan manjanya, bahkan sampai jam 9. Ini semacam dejavu bagi saya yang di hari Minggu bangun pagi lalu kabur hujan-hujanan. Sebagai pegawai pada umumnya, sebenarnya bangun siang adalah kesenangan pribadi tingkat dewa. Dewa Budjana. Toeng!
Namun, berkat kesabaran tingkat dewa, Dewa 19, saya akhirnya mendapatkan Goodie Bag yang dinanti-nantikan. Berisi kaos, air mineral 300 ml yang sudah lolos pemeriksaan Badan POM, kemudian yang paling penting dari semuanya adalah TONGSIS. Memiliki TONGSIS adalah salah satu bucket list saya, namun entah kenapa saya masih malu kalau datang sendiri beli TONGSIS ke toko. K tahu sekali, makanya saya dikasih TONGSIS. Hore!
Setelah sabar menanti dengan tenang, akhirnya sesi dimulai dengan sedikit buru-buru. Mas Didiet menyampaikan banyak hal tentang fotografi dalam waktu singkat. Poin utamanya adalah teknik mengambil gambar. Dari 9 zona, kiranya hendaknya lazimnya indahnya diisi sepertiga, atau diagonal. Mas Didiet juga menjelaskan tentang looking room, sebagai bagian yang memperbagus foto. Untuk memotret menggunakan ponsel, Mas Didiet--yang sepagian ngebul vapor--menyebutkan bahwa penting untuk mengeset dimensi ke ukuran tertinggi, sehingga bisa diedit di komputer nantinya. Pengguna ponsel juga harus cek posisi pengambilan gambar. Mas Didiet tidak menyarankankan flash, karena memang kalau di ponsel terlalu mepet flashnya. Plus, jangan pakai zoom juga, karena ini digital dan terbilang sebagai pembesaran palsu. Mas Didiet juga bilang bahwa kalau kita merasa bahwa foto kita jelek, lihatlah foto yang bagus, cari apa yang bikin bagus, buat catatan, tiru, lalu latih-latih-latih.
[caption id="attachment_367870" align="aligncenter" width="508" caption="Presentasi Fotografer Proporsional (sumber: IG @ariesadhar)"][/caption]
Berikutnya yang maju adalah Mas Fikri. Ini bukan Fikri suaminya teman kantor saya. Mas Fikri menyampaikan soal esai foto. Konsep utamanya adalah esai foto itu mengangkat tema kemanusiaan, namun jangan sampai sekadar menjadi kumpulan foto belaka. Carilah sisi lain, paradoks-paradoks yang muncul dari kenyataan yang kita lihat. Esai foto sendiri memuat konsep EDFAT, yaitu:
ENTIRE
DETAIL
FRAMING
ANGLE, dan
TIMING.