Mohon tunggu...
Alexander Arie
Alexander Arie Mohon Tunggu... Administrasi - Lulusan Apoteker dan Ilmu Administrasi

Penulis OOM ALFA (Bukune, 2013) dan Asyik dan Pelik Jadi Katolik (Buku Mojok, 2021). Dapat dipantau di @ariesadhar dan ariesadhar.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Premium di Sebelah Sana, Mas!"

13 Januari 2012   10:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:56 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata-kata yang menjadi judul di atas murni kata-kata yang saya anggap penolakan.

Saya memang baru kuat memberi Sepeda Motor Kharisma 2003 seken, tangan kesekian. Menurut saya nggak masalah karena saya kenal tangan-tangan sebelumnya. Meski kendaraan saya baru itu, saya adalah pelanggan setia BBM Pertamax, atau yang selevel Shell Super atau Primax. Kenapa?

Ada dua sebab:

1. suatu kali sebelum punya motor, saya boncengan sama teman yang membawa Supra X jadul ke pompa Pertamax. Argumennya, "saya nggak pantas disubsidi." Dan dengan rumahnya yang jauh, wajar kalau pengeluaran bahan bakarnya melebihi tunjangan transportasi dari kantor.

2. pemakai motor saya sebelumnya adalah pengguna Pertamax sejati. Katanya, kalau turun grade, bisa merusak mesin.

Antara terpaksa atau tidak sih, tapi sampai sekarang saya masih pakai Pertamax. Dulu enteng, karena ke kantor saya jalan kaki. Alias itu motor nyaris tidak pernah dipakai. Lha, sekarang setiap minggu harus isi. Lumayan menguras kantor. Tapi sama halnya dengan prinsip saya untuk tidak merokok adalah jangan kalah. Dulu bisa tahan kok, masak sekarang nggak?

Ada hal unik ketika mengisi Pertamax ini. Beberapa kali di POM bensin, saya diarahkan ke pompa Premium, tanpa ditanyai terlebih dahulu. Begitu sepeda motor sampai, langsung disuruh pergi, "Premium di sebelah sana, Mas!"

Jiahhh.. ini petugas SPBU minta dikampleng.

Ada satu hal yang saya pahami. Bahwa pengguna premium masih sangat BANYAK. Maka pola pikir tentu otomatis mengarah kesana, termasuk ketika melihat sebuah Kharisma hendak memakai Pertamax. Artinya, makin banyak yang disubsidi.

Jujur, saya setuju BBM dinaikkan saja beberapa ratus. Saya yakin rakyat paham. Tapi ini soal politis. Ketika itu harga dinaikkan, maka akan muncul iklan tidak pro rakyat. Ingat kan iklan balasan dulu dari penguasa, "harga BBM, diturunkan, diturunkan, diturunkan lagi." Itu iklan waktu saya belum kerja. Dan sekarang sudah berlalu 2 tahun lewat.

Pembatasan bukanlah solusi, buat saya. Itu MUNGKIN hanya akan mempermudah kongkalingkong. Dan bisa jadi efeknya lebih besar daripada menaikkan harga premium beberapa ratus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun