Mohon tunggu...
Alexander Arie
Alexander Arie Mohon Tunggu... Administrasi - Lulusan Apoteker dan Ilmu Administrasi

Penulis OOM ALFA (Bukune, 2013) dan Asyik dan Pelik Jadi Katolik (Buku Mojok, 2021). Dapat dipantau di @ariesadhar dan ariesadhar.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Brasil vs Peru: Kala Selecao Tersingkir Menyakitkan

13 Juni 2016   11:52 Diperbarui: 13 Juni 2016   11:56 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Brasil--juara dunia lima kali--secara menyakitkan tersingkir di fase grup Copa America Centenario setelah takluk 0-1 dari Peru pada pertandingan yang dihelat di Gillette Stadium, Amerika serikat. Kekalahan ini semakin menegaskan semakin suramnya persepakbolaan Brasil pasca keberhasilan mereka menjuarai Piala Dunia 2002, 14 tahun silam.

Hanya membutuhkan 1 poin saja, Brasil yang dalam sejarahnya sangat dominan terhadap Peru, tetap saja tampak kesulitan. Sama persis kala imbang 0-0 dengan Ekuador, yang beberapa saat sebelumnya memastikan diri lolos via kemenangan 4-0 dari Haiti. Sebelum ini, Brasil tidak pernah kalah dari Peru selama 31 tahun, terakhir kali adalah pada Copa America 1975. Plus, Peru si peringkat 48 dunia itu jauh di bawah Selecao.

Satu-satunya gol dalam pertandingan ini dicetak oleh Raul Ruidiaz, dengan kontroversi karena tayangan ulang memperlihatkan dengan jelas bahwa bola terlebih dahulu mengenai tangan Ruidiaz sebelum masuk ke dalam gawang. Diiringi debat dan diskusi antar ofisial, yang tentu saja dikelilingi pemain kedua tim, akhirnya gol itu disahkan.

Brasil gagal mencetak satu gol pun dari total 14 percobaan dengan 5 mengarah ke target. Adapun Peru mengoptimalkan 1 dari 2 percobaan mereka yang mengarah ke gawang. Hal ini menihilkan dominasi 65% Brasil atas Peru.

"Kami mendominasi babak pertama, demikian juga babak kedua, namun pada akhirnya yang terjadi terlepas dari pelatih maupun pemain kami. Pertanyaan saya, dengan semua teknologi yang ada, masih tetap ada kesalahan. Wasit berkonsultasi, mereka berbicara dengan orang lain saat seharusnya mereka berbicara satu sama lain. Ini sangat aneh," ucap Dunga.

Terlepas dari fakta bahwa Brasil--bersama dengan Argentina--adalah tim dengan jumlah gol terbanyak dalam turnamen, tapi Brasil tetap bisa dianggap gagal karena 7 gol yang menempatkan mereka bersama Argentina itu hadir dalam 1 pertandingan saja. Brasil terbukti gagal menembus pertahanan Ekuador dan Peru. Kegagalan mencetak gol ini juga disebabkan penampilan gemilang Pedro Gallese, termasuk penyelamatan terhadap peluang Gabriel Barbosa pada babak pertama.

Dunga terbukti gagal kembali, bahkan dapat dibilang lebih parah dibandingkan periode pertama, mengingat ini adalah kegagalan pertama kali Brasil untuk menembus fase grup Copa America sejak 1993. Padahal di periode pertama, Dunga berhasil meraih Copa America 2007 dan Piala Konfederasi 2009, meski gagal menyakitkan dari Belanda pada Piala Dunia 2010.

Dengan demikian, Brasil mengikuti jejak Paraguay dan Uruguay yang terlebih dahulu tersisih dari persaingan. Hal ini cukup menjadi warning bagi tim-tim Amerika Selatan, apalagi jika pada pertandingan berikutnya Panama berhasil mencuri kemenangan dari Cile, sang juara bertahan. Adapun dua wakil Amerika Tengah dalam gelaran khusus Centenario ini, Amerika Serikat dan Meksiko, cukup jumawa untuk melaju ke tahap selanjutnya.

Brasil hanya bisa berharap pada Olimpiade 2016, yang akan digelar di rumah sendiri, untuk menyelamatkan muka. Terutama mengingat pilihan untuk tidak membawa Neymar pada Copa America Centenario 2016. 

Dunga menyebut bahwa ada tekanan besar untuk meraih medali emas, yang tidak pernah dimenangi oleh Brasil sebelumnya. Namun Dunga tetap optimis karena menganggap mereka tidak seharusnya tersingkir. "Fans menyaksikan pertandingannya, fans melihat bagaimana kami bermain terutama di babak pertama, mereka juga menyaksikan bagaimana kami tereliminasi tidak oleh sepakbola itu sendiri. Brasil tidak tersingkir sebelum sebuah gol dicetak menggunakan tangan. Itu sangat jelas."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun