Kedua, performa kakak beradik Markis/Pia yang secara luar biasa menyungkurkan 2 unggulan yakni Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen di posisi 4 dan Prapakamol/Thoungthongkam di seeded 6. Performa mereka mewarnai kegemilangan ganda campuran di All England ini.
Ketiga, jangan lupakan kegemilangan duet unggulan 7 Rijal/Debby yang berturut-turut mengalahkan Danny Bawa Chrisnanta/Yu Yan Vanessa Neo, Jorrit De Ruiter/Samantha Barning, dan (ini dia kejutannya) Xu Chen/Ma Jin yang adalah unggulan pertama. Meski kemudian mereka malah takluk dari unggulan 5 Zhang Nan/Zhao Yunlei.
Keempat, keberhasilan Lindaweni Fanetri mengalahkan Wang Yihan yang adalah unggulan ketiga dengan 21-12 21-19. Prestasi yang patut dicatat meski kemudian dia kalah mudah dari Tine Baun yang adalah unggulan 7 dengan 21-7 21-13. Kebetulan Tine melaju ke final untuk lantas menjadi juara di All England terakhirnya ini.
Kelima, jangan lupakan pula keberhasilan Fran Kurniawan/Shendy Puspa menaklukkan unggulan 3 Peng Soon Chan/Liu Yin Goh, sebelum mereka dikalahkan oleh Zhang Nan/Zhao Yunlei.
Hasil-hasil bagus di atas memang kebanyakan masih terjadi di nomor ganda. Masih menjadi PR besar bagi kita untuk membangkitkan kembali sektor tunggal. Taufik Hidayat sendiri di All England ini kalah dari Sho Sasaki, yang juga tidak melaju jauh. Namun--apapun--hasil-hasil di atas seharusnya mampu membuat kita memandang kembali ke olahraga kesayangan bangsa Indonesia ini.
Tinggal bagaimana PBSI dan juga seluruh stakeholders lainnya saling bahu membahu guna mengembalikan kejayaan Indonesia di ranah tepok bulu dunia.
Kita Bisa!
Salam :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H