Nah, saya lalu melengkapi logika itu dengan bantuan internet.
Yang pertama kali saya lacak adalah nomor si penelepon. Cek demi cek, eh, itu nomor Bandung. Saya lalu cek nomor yang katanya miliki ibu Z, kepala kantor Semarang, itu juga nomor Bandung. Lagipula, agak absurd kalau seorang kepala kantor punya nomor As, baru. Memangnya dia alay yang mudah berganti nomor handphone. Hih!
Eh tapi, nama ibu Z yang disebutkan itu, benar-benar nama kepala kantor di Semarang. Jadi rupanya, di Reski kampret itu sudah googling lalu browsing dan kemudian ngising.
Untuk verifikasi, saya iseng mengetik dua nomor yang saya peroleh tadi di Twitter. Dan benar saja, rupanya si Reski kampret itu juga melakukan hal yang sama pada seseorang di Jawa Timur. Dan si mbak di Jatim itu ngetwit nomor Reski kampret.
Jadi, selamatlah saya dari tipu menipu ini.
Bayangin, keterima juga belum. Eh, mau ketipu, pula.
Dua belas hari kemudian, muncul pengumuman kelulusan. Dan, di menjelang malam natal itu saya mendapati fakta bahwa saya akhirnya sukses menduduki peringkat 1...
...di lampiran berjudul "PESERTA CADANGAN..."
Uwuwuwuwuwuwuwuwuwuw~~~~
Begitulah. Tipu menipu soal CPNS ini masih dan mungkin akan terus ada. Tapi saya percaya makin kesini, apalagi di lingkup lembaga dan bukan Pemda, integritas makin kuat. Teman-teman saya bisa kok jadi PNS tanpa harus membayar pelicin, jadi saya yakin saja kalau suatu kali nanti, akan bisa.
SEMOGA! HAE!
Salam!