Konsep tepat waktu agaknya menjadi konsep yang dianut sistem perencanaan yang kita lihat bersama hari-hari ini. Maksudnya tepat waktu adalah tepat memang dibutuhkan, tepat baru jadi, atau malah tepat baru dimulai. Saya sebagai pendaftar CPNS yang terlempar dari seleksi bagian Perencanaan BPOM (tes pada November 2010), mungkin perlu memaparkan opini saya, siapa tahu didengar sama yang melakukan reject pada saya dulu.. hehe.. Dalam konsep perencanaan sederhana kita mengenal due date, lead time, dan start date. Misalkan, suatu perusahaan mau membuat traktor, pembeli akan punya due date yang harus dipenuhi. Setelah adanya due date itu baru ditarik mundur berdasarkan lead time produksi, maka diperoleh start date alias tanggal dimulainya proses itu. Kalau mau membeli bahan baku, ada lead time lagi. Ini adalah prosedur standar dalam proses perencanaan yang paling sederhana. Kita mungkin akan mengenal Rough Cut Capacity Planning atau Master Production Planning pada tataran yang lebih tinggi. Nah, sekarang kalaulah kita sebagai pelanggan berharap Sudirman tidak hujan. Maka tentunya kita berharap gorong-gorong akan jadi SEBELUM musim hujan tiba. Bukan begitu? Lantas, lihat gambar ini: [caption id="attachment_141130" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: wartakota"][/caption] Pekerjaan ini sekarang sedang hot karena baru dimulai tepat ketika kita anak SEA Games dan tepat saat musim hujan. Anggaplah masyarakat sebagai pelanggan, apa mau? Hmm.. Sekarang malah kemudian ditunda dan akan ditutup pelat baja. Pada akhirnya masyarakat tentunya dirugikan. Dalam bentuk biasa saja dia macet apalagi dalam bentuk saat ini. Oke, ini contoh kecil. Mari beralih pada contoh lain yang lebih besar dari gambar ini: [caption id="attachment_141131" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: sumselterkini.com"][/caption] Wisma Atlet! Sejak 2009, sebenarnya sudah jelas bahwa Indonesia mau jadi tuan rumah SEA Games. Dan kalau nggak salah, masih ada pencarian tuan rumah dahulu untuk kemudian diputuskan di Palembang. Apa yang terjadi sekarang? Sudah bulan November, SEA Games hitungan hari, semen-semen itu baru kering, pun dengan cat. Kalau mau lihat teori perencanaan, due datenya adalah pas test event bulan-bulan Oktober lalu. Nah, giliran pas test event, ada olahraga yang venue-nya belum jadi dan malah nggak mengundang tamu luar. Daripada malu hehe.. Kembali ke teori, dengan due date Oktober, maka lead time harus dipertimbangkan. Kontraktor pasti punya data lead time itu. Dan otomatis start date-nya harus ada pula. Waktu saya nonton Indonesia-Turkmenistan U23 di Jakabaring awal tahun ini, yang berdiri megah baru gedung Bank SumselBabel yang hendak menjadi kantor pers resmi SEA Games. Yang lain? Wismanya masih berupa rawa. Seharusnya jadi aneh kalau di berita nongol, orang-orang pemerintah membantu menuang pasir di venue Voli Pantai atau membantu di kolam renang. Seharusnya itu nggak ada. Sekarang malah masuk berita. Meskipun saya terlempar dari seleksi masuk bagian perencanaan, tapi untuk teori-teorinya, syukurnya, saya cukup mengerti sehingga berani menulis ini di Kompasiana, meskipun teori itu adalah teori manufaktur hehe... Tapi rasanya nggak perlu sejauh itu kan? Orang biasa juga pasti bingung dengan sistem perencanaan pembangunan yang ada di depan mata ini. Ya sudahlah, ini yang terjadi. Mari berdoa ada perbaikan. Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H